MAKALAH ‘Pengaruh Budaya Terhadap Perkembangan Remaja’


MAKALAH
MATA KULIAH
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN REMAJA







‘Pengaruh Budaya Terhadap Perkembangan Remaja’
Dosen Pengampu :
Dian Novita Siswanti, S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog
Novita Maulidya Djalal, S.Psi., M.Psi., Psikolog


Disusun Oleh :KELAS A

AL ULUMUL NAQLI ASY SYAMS (1771041046)

ALHEYSHA AZALIA IHSAN (1771042002)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018

MIND MAP








Rounded Rectangle: KOGNITIF



Rounded Rectangle: SEKSUAL



Rounded Rectangle: MORAL & RELIGIUS




 

 

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Seiring berekembangnya zaman, era globalisasi ini turut mendampingi budaya-budaya masuk ke Indonesia. Ada beragam perubahan serta pengaruh seiring era globalisasi ini, bahkan tak jarang membawa pengaruh yang buruk bagi masyarakat serta mempengaruhi tumbuh kembang khususnya perkembangan remaja. Dalam konteks ini, remaja merupakan masa dimana pengaruh yang masuk akan berpotensi untuk memberi dampak yang buruk. Karena pada masa remaja inilah manusia terus menerus mencari jati diri dan menentukan untuk mengikuti apa yang mereka sukai dan mereka anggap sebagai panutan. Pada umumnya masyarakat di Indonesia terbuka dengan inovasi yang hadir dalam perkembangan era masa kini, tetapi terkadang mereka belum bisa memilih mana yang sesuai dengan norma yang berlaku, serta mana yang tidak sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku di Indonesia. Hal seperti itu sudah mulai terlihat sekarang, banyak remaja yang melakukan penyimpangan yang sudah tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di Indonesia serta tidak mereka tidak menghiraukan lagi norma-norma yang berlaku.

1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Remaja ?
2. Apa yang dimaksud dengan Budaya ?
3. Apa saja bentuk pengaruh budaya terhadap perkembangan Remaja ?

1.3.TUJUAN PENULISAN
1.      Agar pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Remaja
2.      Agar pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Budaya
3.      Agar pembaca dapat mengetahui serta memahami apa saja bentuk pengaruh budaya terhadap perkembangan Remaja.



BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Remaja
            Tidak mudah untuk mendefinisikan remaja secara tepat, karena banyak sekali sudut pandang yang dapat digunakan dalam mendefinisikan remaja. Kata “remaja” berasal dari bahasa Latin adolescene berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984, Rice, 1990 dalam Jahja, 2011). Banyak tokoh yang memberikan definisi remaja, seperti DeBrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak- kanak dan dewasa. Santrock (2003 :6), adolescene merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang di dalam nya termasuk perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional.

Menurut Undang-Undang Kesejahteraan Anak, pengertian remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah dan dalam Undang-Undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan batasan mengenai siapa remaja secara konseptual. Dikemukakannya oleh WHO ada tiga kriteria yang digunakan; biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, yakni:
(1)  individu yang berkembang saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual    sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual,
(2) individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, dan
(3)  terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang lebih mandiri.



2.2. Definisi Budaya
            Kata Budaya dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat istiadat. Sedangkan secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung merujuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan itu sendiri dimaksudkan sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran seorang manusia sehingga dapat merujuk pada pola pikir, perilaku, serta karya fisik sekelompok manusia.
            Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan di wariskan dari generasi ke generasi. Budaya itu sendiri terbentuk dari banyaknya unsur yanng rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, bangunan, serta karya seni. Budaya di Indonesia terus menerus bertambah. Di sisi lain, budaya lokal tidak boleh terhapuskan tetapi seiring perkembangan jaman, budaya ada yang di perbarui/di moderen-kan, bahkan tak jarang pula ada budaya yang baru. Terkadang karena mengikuti perkembangan zaman, dan terkadang pula akibat meresapnya budaya asing yang menyebabkan adanya budaya yang kadang menyimpang.

2.3. Pengaruh Budaya Terhadap Perkembangan Remaja
            Pada zaman dahulu orangtua mengajari remaja tentang bagaimana bersikap serta bertutur kata. Contohnya pada sikap mencium tangan kepada orang yang lebih tua umurnya. Sampai sekarang pun masih banyak orangtua yang masih mengajarkan sopann santun, adat istiadat, serta budaya tradisional kepada anak-anaknya. Hal-hal ini akann berdampak positif bagi para remaja, seperti tumbuhnya sikap hormat terhadap orang yang lebih tua bahkan terhadap sesama remaja yang lainnya serta menjadikan seorang remaja menjadi lebih maju dalam berpikir dan dapat bersikap lebih dewasa karena dari kebiasaan menghormati orang lain maka remaja bisa bersikap lebih dewasa dalam berpikir.


            Pengaruh Budaya terhadap remaja jaman sekarang dapat dilihat dari gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-harinya. Pengaruh globalisasi telah membuat banyak remaja bangsa kita kehilangan kepribadian diri sebagai kalangan muda bangsa Indonesia. Berikut adalah penjabaran pengaruh budaya dalam perkembangan remaja :
1.      Perubahan perilaku pada remaja
Sengan adanya trend atau budaya yang baru dan masuk ke dalam ranah pergaulan khususnya remaja, maka akan berdampak perubahan perilaku. Bagi sebagian dari mereka, akan penasaran, memiliki dorongan naluri serta beranggapan bahwa itu adalah fenomena baru dan unik karena hal tersebut tidak biasa bagi mereka. Juga sebagian akan menggunakannya dalam bentuk kebebasan berekspresi dan bentuk kepribadian individu akan kepuasan pribadi, baik itu secara lahir maupun batin. Pengaruh tersebut menimbulkan beberapa dampak yang terbilang positif serta negative, positifnya mereka menjadi kreatif dan bebas berekspresi dengan berbagai kegiatannya, dampak negative seperti anti-sosial, selektif bergaul dan aspek pada mental serta sosial mereka. Hal tersebut terbukti pada sebuah Penelitian membahas tentang pengaruh kebudayaan Anime Jepang terhadap minat masyarakat Indonesia, khususnya perilaku remaja Kota Bandung.

2.    Maskulinitas Tradisional terhadap Perilaku Remaja laki – laki
Maskulinitas tradisional dianggap memiliki sisi negative, khususnya pada remaja. Kini semakin banyak peneliti dan ahli teori di bidang gender yang beranggapan demikian (Levant, 1999). Kekuatan mengenai cara – cara membesarkan anak laki-laki secara tradisional disebut “national crisis of boyhood” oleh William Pollack (1999), dalam bukunya Real Boys. Ia menyatakan bahwa  meskipun “laki-laki yang sensitif” (“sensitif male”) telah cukup dibicarakan, namun tidak banyak usaha yang dilakukan untuk mengubah apa yang disebutnya sebagai “aturan laki-laki” (“boy code”). Pollack berpendapat bahwa aturan tersebut menyatakan kepada laki-laki bahwa mereka sebaiknya sedikit memperlihatkan emosi seiring dengan pertumbuhannya. Menurut Pollack, dalam pertumbuhannya,  anak laki-laki terlalu sering sekali di didik untuk tidak memperlihatkan perasaan-perasaannya dan bertidak tangguh. Laki-laki telah belajar mengenai aturan laki-laki di berbagai konteks- lapangan bermain, ruang kelas, tempat berkumpil, perkampungan- dimana aturan-aturan itu diajarkan oleh orangtua nya. Pollack maupun banyak orang berpendapat bahwa anak laki-laki dapat memperoleh keuntungan apabila mereka diajarkan untik mengekspresikan kecemasan-kecemasan dan kekuatiran-kekuatiran yang dirasakan maupun untuk meregulasikan agresinya, dibandingakan apabila mereka memendamnya. Disamping itu juga, terdapat kekuatiran khusus mengenai remaja laki-laki yang mengadopsi peran maskulin secara kuat, karena hal ini berkaitan dengan perilaku bermasalah. Joseph Pleck (1995) berpendapat bahwa pengertian mengenai maskulinitas tradisional di berbagai budaya Barat melibatkan berbagai perilaku yang tidak dapat diterima masyarakat. Dalam budaya remaja laki-laki, mereka akan dianggap lebih maskulin apabila pernah melakukan hubungan seks pranikah, mengomsumsi alkohol dan memperlihatkan perilaku membandel.

3.    Pengaruh pada Tata Berbahasa
Adapun pengaruh yang pada tata berbahasa remaja saat ini, Bahasa Indonesia yang tadinya harus dijunjung tinggi, sekarang seolah sudah tidak penting bagi para remaja sekarang, karena selain mereka selalu mengikuti tata cara berbahasa pada suatu tempat yang mereka tinggali, mereka juga terlalu jauh untuk mengikuti era modernisasi yang sekarang terjadi begitu cepat dan tercampurnya oleh budaya barat yang seharusnya tidak mereka contoh dan mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena dari itu semua maka terlihat jelas bahwa para remaja sekarang begitu mudah untuk terhasut dan terpengaruh oleh arus modernisasi yang begitu cepat berkembang didalam pergaulan remaja sekarang. Sebagai seorang remaja yang tahu dan mengerti akan cepatnya arus modernisasi yang berkembang, seharusnya lebih bisa mengerti dan bisa mengontrol diri agar mereka tidak terjerumus terlalu jauh dalam modernisasi yang terjadi sekarang.

4.    Pengaruh pada Tata cara Berpakaian
Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Padahal cara berpakaian tersebut jelas-jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika terjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.

5.    Pengaruh terhadap Sikap
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.

                        Selain penjabaran diatas, masih banyak lagi fenomena-fenomena yang terjadi pada remaja masa kini. Berdasarakan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengaruh negatif budaya di era globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh sebab itu, diperlukan langkah-langkah untuk mengantisipasi perilaku pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai budaya nasionalisme yang ada di Indonesia agar remaja bangsa tidak kehilangan identitas kepribadian bangsa, yakni sebagai berikut :
ü  Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya,
ü  Selektif terhadap menghadapi pengaruh globalisasi khususnya di bidang politik, ideologi, ekonomi, dan sosial budaya bangsa,
ü  Menanamkan serta menanamkan nilai-nilai pancasila sebaik-baiknya,
ü  Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, seperti mencintai produk dalam negeri, dan
ü  Mewujudkan supermasi hukum yang diterapkan di Indonesia, juga menegakkan hukum dalam arti sebenar-benarnya dan seadil-adilnya.

ü   
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan dan saran

         
Budaya asing, trend, serta kecanggihan teknologi yang masuk ke Indonesia merupakan faktor utama menyimpangnya perilaku pada remaja di Indonesia. Kebudayaan Indonesia di mata remaja kini sudah mulai memudar, seiring dengan berjalannya waktu. Remaja merupakan masa dimana pengaruh yang masuk akan berpotensi untuk memberi dampak yang buruk. Karena pada masa remaja inilah manusia terus menerus mencari jati diri dan menentukan untuk mengikuti apa yang mereka sukai dan mereka anggap sebagai panutan. Orang tua, kerabat, tenaga pengajar serta tutor sebaya sangat berperan penting dalam perkebangan remaja pada era globalisasi ini sebagai pendamping dan pengingat agar remaja tidak salah arah dalam masa perkembangannya. Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan, karena kurangnya literasi khususnya buku-buku dan textbook perkembangan remaja yang membahas mengenai hal ini.


DAFTAR PUSTAKA



Agustin,Dyah S.Y. (2011). ‘Penurunan Rasa Cinta Budaya dan Nasionalisme Generasi Muda Akibat Globalisasi’ Jurnal Sosial Humaniora, 4, 182-183. dalam http://iptek.its.ac.id/index.php/jsh/article/view/632/0 , diunduh pada 11 September 2018.

Cohen,Bruce J. (1992) . Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:Rineka Cipta.

Santrock, John W. (2003). Adolescence, Perkembangan Remaja Edisi Keenam. Jakarta:Erlangga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PERMASALAHAN POKOK PENDIDIKAN DAN PENANGGULANGANNYA

MAKALAH " THAHARAH"

MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA