MAKALAH gangguan panik, gangguan anxietas menyeluruh, dan gangguan obsesif-kompulsif (OCD)
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kecemasan, yang menurut kamus lengkap
psikologi disebut sebagai anxiety ini, oleh Neale (2001) digambarkan
sebagai suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan. Sebagaimana diketahui,
perasaan manusia ada yang positif, seperti bahagia, gembira, senang – tetapi
ada juga yang negatif, seperti kecewa, bingung, khawatir dan sebagainya. Tidak
ada satupun dari kita yang memilih untuk mengembangkan perasaan negatif. Tetapi
seringkali kita tidak punya pilihan lain, selain menghadapi keadaan yang tidak
menyenangkan dan harus masuk kedalam perasaan yang negatif.
Kecemasan merupakan respon normal dalam
menghadapi stres, namun sebagian orang dapat mengalami kecemasan yang
berlebihan sehingga mengalami kesulitan dalam mengatasinya. Secara klinis,
seseorang yang mengalami masalah kecemasan dibagi dalam beberapa kategori,
yaitu gangguan cemas (anxiety disorder), gangguan cemas menyeluruh (generalized
anxiety disorder/GAD), gangguan panik (panic disorder), gangguan
fobia (phobic disorder) dan gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive
disorder) (National Institute of Mental Health (NIMH), 2013).
B.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari gangguan panik, gangguan anxietas menyeluruh, dan
gangguan obsesif-kompulsif (OCD)
2. Untuk
mengetahui kriteria DSM dari gangguan panik, gangguan anxietas menyeluruh, dan
gangguan obsesif-kompulsif (OCD)
3. Untuk
mengetahui etiologi dari gangguan panik, gangguan anxietas menyeluruh, dan
gangguan obsesif-kompulsif (OCD)
4. Untuk
mengetahui terapi dari gangguan panik, gangguan anxietas menyeluruh, dan
gangguan obsesif-kompulsif (OCD)
A.
Gangguan
Panik
Panik
merupakan kondisi ketakutan ekstrem dan ketegangan otonomik yang sangat kuat.
Gangguan Panik (Panic Disorder) adalah satu perasaan serangan cemas mendadak
dan terus menerus disertai perasaan perasaan akan datangnya bahaya / bencana,
ditandai dengan ketakutan yang hebat secara tiba-tiba. Riwayat Gangguan Panik
ini berasal dari konsep yang dikemukakan oleh Jacob Mendes DaCosta (1833-1900)
gejala-gejala seperti serangan jantung yang ditemukan pada tentara-prajurit
Perang Saudara Amerika. Gejala DaCosta meliputi gejala psikologik dan somatik.
Dalam
gangguan panik seseorang mengalami serangan mendadak dan seringkali tidak dapat
dijelaskan dalam bentuk serangkaian simtom yang tidak mengenakkan, kesulitan
bernapas, jantung berdebar, mual, nyeri dad, merasa seperti tersedak dan
tercekik, pusing, berkeringan, dan gemetar serta kecemasan yang sangat dalam,
teror, dan merasa seolah akan mati. Depersonalisasi,
perasaan seolah berada diluar tubuh, dan derealisasi,
suatu perasaan bahwa dunia tidak nyata, juga ketakutan kehilangan kendali,
menjadi gila, atau bahkan mati dapat memenuhi dan menguasai klien.
Kriteria
DSM-IV-TR untuk gangguan panik yaitu :
-
Serangan panik berulang
tanpa terduga
-
Sekurang-kurangnya
selama satu bulan terdapat kekhawatiran akan terjadinya serangan berikutnya
atau kekhawatiran atas konsekueni yang diterima ketika serangan terjadi, atau
perubahan perilaku karena serangan yang dialami.
PedomanDiagnostikMenurut PPDGJ
III
-
Gangguanpanikbaruditegakkansebagai
diagnosis utamabilatidakditemukanadanyagangguananxietasfobik (F 40.-)
-
Untuk
diagnosis pastiharusditemukanadanyabeberapa kali serangananxietasberat (severe
attack of autonomic anxiety) dalammasakira-kirasatubulan :
a. Padakeadaandimanasebenarnyasecaraobjektiftidakadabahaya
b. Tidakterbataspadasituasi yang
telahdiketahuiatau yang dapatdidugasebelumnya (unpredictable situations)
c. Dengankeadaan yang
relatifbebasdaridarigejala-gejalaanxietaspadaperiodediantaraserangananxietaspadaperiodediantaraserangan-seranganpanik
(meskipundemikianumumnyadapatterjadijuga “anxietasandapatterjadijuga
“anxietasantisipatoric” yaituanxietas yang terjadisetelahmembayangkansesuatu
yang mengkhawatirkanakanterjadi.
-
SeranganPanikadalahSebuahperiodeterpisahdari
rasa takut yang intens di mana 4 gejalaberikuttiba-tibaberkembangdanpuncaknyadalamwaktu
10 menit :
a.
Palpitasiataudenyutjantungcepat,
berkeringat, Gemetarataubergetar, sesaknapas
b.
Perasaantersedak,
nyeri dada atauketidaknyamanan, mual
c.
Menggigilatausensasipanasparestesia,
merasapusingataupingsan, derealisasiataudepersonalisasitakutkehilangankontrolataumenjadigiladantakutmati.
Dalam
DSM-IV-TR gangguan panik didiagnosis dengan atau tanpa agorafobia. Agorafobia
merupakan sekumpulan rasa takut pada tempat-tempat umum dan ketidakmampuan
melarikan diri atau mendapatkan pertolongan bila menjadi lemah karena situasi
panik. Banyak klien yang menderita agorafobia tidak mampu keluar rumah atau
melakukannya tetapi dengan penderitaan yang sangat terasa. Para klien yang
menderita gangguan panik umumnya menghindari situasi dimana serangan panik
dapat berbahaya dan memalukan. Jika penghindaran tersebut meluas, hasilnya
adalah panik dengan agrofobia.
Dalam beberapa kasus, sensasi fisik yang
disebabkan oleh suatu penyakit memicu beberapa orang mengalami gangguan panik.
Sebagai contoh, sindrom penurunan katup kiri jantung berdebar, penyakit telinga
bagian dalam menyebabkan kepusingan yang dirasakan menakutkan bagi beberapa
orang, dan memicu terjadinya gangguan panik. Teori biologis menjelaskan bahwa
dalam gangguan Panik ditemukan peningkatan aktifitas syaraf simphatis.
Penelitian neuroendokrin menunjukkan beberapa abnormalitas hormon terutama
kortisol.
Dalam
Teori Psikososial serangan panik muncul karena gagalnya pertahanan mental
menghadapi impuls / dorongan. Mengapa kemudian beberapa orang menderita
gangguan panik dan yang lain mampu mengatasi serangan tersebut? Salah satu
kemungkinan adalah mereka yang kemudian menderita gangguan panik menganggap
serangan tersebut sebagai sesuatu yang tidak dapat dikendalikan dan tidak dapat
diprediksi serta melihat serangan tersebut sebagai kekuatan tertentu.
Penderita
gangguan panik biasanya berkonsultasi dengan dokter sebelum mereka menemui
psikolog atau psikiater, pengobatan psikoaktif umumnya merupakan penanganan
awal dan terkadang satu-satunya jenis penanganan yang diterima seseorang.
Beberapa obat sudah menunjukkan keberhasilan sebagai penanganan biologis bagi
seseorang yang menderita gangguan panik. Salah satunya yaitu antidepresan yang
digunakan dari golongan SSRI, yang perlu diperhatikan adalah efek samping yang
mungkin akibat pemakaian zat tersebut karena pasien gangguan panik terkadang
sangat sensitif terhadap efek samping obat walaupun minimal. Hal ini disebabkan
karena pasien gangguan panik secara umum lebih banyak memandang keluhan
fisiknya sebagai sesuatu yang membahayakan, sehingga efek samping obat yang
kebanyakan merupakan sensasi fisik dapat dipandang sebagai sesuatu yang
mengancam.
Psikoterapi
untuk klien adalah terapi perilaku dan kognitif (CBT). Terapi pertama kali
adalah dengan relaksasi dan terapi pernafasan. Terapi kognitif bertujuan juga
untuk membangun kembali (restructuring)kognisi yang baru. Hal pertama yang
dapat dilakukan adalah mengidentifikasi gejala panik yang timbul dan perasaan
serta pikiran yang salah berhubungan dengan gejala tersebut serta edukasi
tentang gangguan panik itu sendiri. Biasanya pasien gangguan panik selalu
mengidentikkan sensasi tubuh yang ringan sebagai awal gangguan paniknya;
menyebabkan pasien mengalami cemas antisipasi. Edukasi bahwa serangan panik
dibatasi waktu dan tidak mengancam jiwa juga sangat perlu.
Pemaparan
dengan tanda-tanda internal yang memicu kepanikan, dimana terapis mempersuasi
klien untuk berlatih berbagai perilaku yang dapat menimbulkan perasaan yang
berkaitan dengan kepanikan dan dilakukan di ruang konsultasi. Sebagai contoh,
seseorang yang mengalami serangan panik yang diawali dengan hiperventilasi
diminta untuk bernapas dengan cepat selama tiga menit. Ketika sensasi seperti
pusing, mulut kering, kepala menjadi ringan, denyut jantung meningkat, dan
tanda-tanda panik lain mulai terjadi, klien mengalaminya dengan kondisi aman
dan menerapkan teknik coping kognitif
dan relaksasi misalnya bernafas dari diafragma dan bukan dengan hiperventilasi.
Dengan latihan dan dorongan persuasi dari terapis, klien belajar untuk
menginterpretasi berbagai sensasi internal dari sesuatu yang menjadi
tanda-tanda hilangnya kontrol dan kepanikan menjadi tanda-tanda yang secara
instrinstik tidak berbahaya dan dapat dikendalikan dengan keterampilan
tertentu. Penciptaan sensasi fisik dengan sengaja oleh klien, disertasi dengan
keberhasilan mengatasinya, mengurangi ketidakterdugaan dari sensasi tersebut
dan mengubah maknanya bagi klien. (Craske, Meidenberg, & Bystritsky, 1995).
B. Gangguan Anxietas menyeluruh (generalized anxiety
disorder)
Individu
yang menderita gangguan anxietas menyeluruh (generalized anxiety disorder
[GAD]) terus menerus cemas, sering kali hal-hal kecil. Sebagian besar diantara
kita dari waktu ke waktu memiliki kekhawatiran. Namun, pasien yang menderita
GAD memiliki kekhawatiran kronis. Kekhawatiran yang paling sering dirasakan
oleh para pasien GAD adalah kesehatan mereka dan masalah sehari-hari, seperti
terlambat menghadiri pertemuan atau terlalu banyak pekerjaan yang harus
diselesaikan. Kekhawatiran yang bersifat tidak dapat dikendalikan pada GAD
dikonfirmasi oleh self-report dan
data laboratorium. Ciri lain GAD mencakup kesulitan berkonsentrasi, sangat
mudah lelah, ketidaksabaran, mudah tersinggung, dan ketegangan otot yang amat
sangat.
Para pasien yang menderita gangguan anxietas
menyeluruh umumnya tidak mengupayakan penanganan psikologis, prevalensi
sepanjang hidup gangguan ini cukup tinggi sehingga gangguan ini terjadi pada
sekitar 5 persen dari populasi umum (Wittchen & hoyer, 2001). GAD umumnya
mulai dialami pada pertengahan masa remaja,walaupun banyak orang yang menderita
gangguan anxietas menyeluruh menuturkan bahwa mereka mengalami masalah tersebut
sepanjang hidupnya (Barlow dkk,1986).
Berdasarkan
pedoman Diagnostik Menurut PPDGJ III.
·
Penderita
harus menunjukkan kecemasan sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas
atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free
floating” atau “mengambang”.
·
Gejala-gejala
tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
b) Ketegangan motoric (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai); dan
c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat,
janOveraktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak nafas, keluhan kembung, pusing kepala, mulut kering, tung
berdebar-debar, sesak nafas, keluhan kembung, pusing kepala, mulut kering,
dsb).
·
Pada
anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatic brulang yang menonjol.
Etimologi
Gangguan Anxietas Menyeluruh
Gangguan anxietas menyeluruh mencakup perspektif
psikoanalisis, kognitif behavioral, dan biologis.
Pandangan psikoanalisis
Teori
psikoanalisis berpendapat bahwa sumber kecemasan menyeluruh adalah konflik yang
tidak disadari antara ego dan impuls-impuls id. Impuls-impuls tersebut biasanya
bersifat seksual atau agresif, berusaha untuk mengekspresikan diri, namun ego
tidak membiarkannya karena tanpa disadari ia merasa takut terhadap hukuman yang
akan diterima. Karena sumber kecemasan tidak disadari, individu terkait
mengalami kecemasan dan distress tanpa diketahui mengapa demikian. Sumber
kecemasan yang sebenarnya yaitu hasrat-hasrat yang berhubungan dengan
impuls-impuls id yang ditekan dan berjuang untuk mengekspresikan diri selalu
hadir. Dengan demikian, orang tersebut
hampir selalu mengalami kecemasan.
Pandangan kognitif-Behavioral
Pemikiran
utama pemikiran kognitif-behavioral tentang GAD adalah gangguan tersebut
disebabkan oleh proses-proses berpikir yang menyimpang. Orang-orang yang
menderita GAD sering kali salah mempersepsikan kejadian-kejadian biasa, seperti
menyeberang jalan, sebagai hal yang mengancam, dan kognisi mereka terfokus pada
antisipasi berbagai bencana berbagai bencana pada masa mendatang. Perhatian
para pasien GAD mudah terarah pada stimuli yang mengancam (Mogg, millar, &
Bradley, 2000; Thayer dkk.,2000). Pasien GAD lebih terpicu untuk
menginterpretasi stimuli yang tidak jelas sebagai sesuatu yang mengancam dan
untuk menilai kejadian yang mengancam lebih mungkin terjadi pada mereka.
Sensitivitas pasien GAD yang sangat tinggi terhadap stimuli yang mengancam juga
muncul walaupun bila stimuli tersebut tidak dapat diterima secara sadar
(Bradley dkk.,1995).
Pandangan kognitif lain diajukan
oleh Borkovec dan para koleganya yang dimana mereka memfokuskan pada simtom
utama GAD yaitu kekhawatiran. Borkovec dan para koleganya mengumpulkan
bukti-bukti bahwa bahwa kekhawatiran sebenarnya merupakan penguatan negatif, ia
mengalihkan pasien dari berbagai emosi negatif sehingga diperkuat oleh hasil
yang positif bagi individu terkait.
Perspektif Biologis
Beberapa
studi mengindikasikan bahwa GAD dapat memiliki komponen genetik. Model
neurobiologis yang paling umum untuk gangguan anxietas menyeluruh dilandasi
oleh pengetahuan mengenai cara kerja benzodiazepine
suatu kelompok obat-obatan yang sering kali efektif untuk menangani kecemasan.
Para peneliti menemukan suatu reseptor dalam otak untuk benzodiazepine yang berhubungan dengan neurotransmiter penghambat yaitu asam gamma-aminobutyric (GABA). Pada reaksi ketakutan yang normal,neuron
diseluruh otak memicu dan menciptakan kecemasan. Proses tersebut juga
merangsang system GABA, yang menghambat aktifitas ini dan mengurangi kecemasan.
GAD dapat disebabkan oleh kerusakan dalam system GABA sehingga kecemasan tidak
dapat dekendalikan. Benzodiazepine
dapat mengurangi kecemasan dengan meningkatkan pelepasan GABA.
Terapi Gangguan Anxietas Menyeluruh:
1.
Pendekatan
Psikoanalisis
Gangguan
anxietas menyeluruh berakat dari konflik-konflik yang di tekan,sebagian besar
psikoanalis bekerja untuk membantu pasien menghadapi sumber-sumber konflik yang
sebenarnya. Penanganan dengan satu studi tanpa control menggunakan intervensi
psikodinamika yang memfokuskan pada konflik interpersonal dalam kehidupan masa
lalu dan masa kini pasien dan mendorong cara yang lebih adaptif untuk
berhubungan dengan orang lain. Hasil intervensi cukup menggembirakan dan pantas
untuk diteliti lebih dalam dengan control eksperimental yang lebih baik.
2.
Pendekatan
Behavioral.
Para
ahli klinis behavioral menangani kecemasan menyeluruh dengan berbagai cara
sebagai serangkaian respons terhadap berbagai situasi yang dapat
diidentifikasi. Kecemasan tampak bebas mengalir hanya karena klien menghabiskan
sangat banyak waktu dengan banyak orang. Desentisasi sistimatis menjadi
kemungkinan terapi, berdasarkan sudut pandang DSM, pasien semacam itu tidak
akan memenuhi kriteria diagnosis GAD. Terapis perilaku harus memformulasi ulang apa yang awalnya
tampak sebagai GAD menjadi semacam fobia. Walaupun demikian, dapat terjadi
kesulitan untuk menemukan penyebab spesifik kecemasan yang diderita pasien semacam
itu. kesulita ini yang memicu para ahli klinis behavioral untuk memberikan
penanganan yang lebih umum, seperti training relaksasi intensif, dengan harapan
bahwa belajar untuk rileks ketika mulai merasa tegang seiring mereka menjalani
hidup akan mencegah kecemasan berkembang tanpa kendali. Para pasien diajarkan
untuk melemaskan ketegangan tingkat rendah,merespon kecemasan yang baru muncul
dengan relaksasi dari pada dengan kepanikan.
3.
Pendekatan
kognitif
Dengan
pendekatan kognitif terapis berorientasi kognitif akan membantu klien menguasai
keterampilan apa pun yang dapat menumbuhkan perasaan kompeten. Keterampilan
tersebut, termasuk asertivitas, dapat diajarkan melalui instruksi verbal,
modeling atau pembentukan operant dan sangat mungkin kombinasi secara hati-hati
dari ketiganya. Teknik-teknik kognitif juga digunakan dalam penanganan
kekhawatiran kronis, komponen utama GAD.
4.
Pendekatan
biologis
Anxiolytic,
disebutkan untuk menangani fobia dan gangguan panic. Mungkin merupakan
penanganan yang paling banyak digunakan untuk anxietas menyeluruh. Penggunaan
obat-obatan seperti benzodiazepine, valium
dan Xanax. Sering kali digunakan karena pervasivitas gangguan. Setelah diminum
obat-obat tersebut akan bekerja selama beberapa jam dalam berbagai situasi yang
dihadapi. Sejumlah studi doble blind
menegaskan bahwa obat-obat tersebut memberi lebih banyak manfaat
bagi para pasien GAD. Sayangnya, obat-obat tersebut memiliki efek samping yang
tidak dikehendaki, mulai dari mengantuk, kehilangan memori,dan depresi, hingga
ketergantungan fisik serta kerusakan organ-organ tubuh.
C. Gangguan
Obsesif-Kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder-OCD)
Sebagian
besar di antara kita memiliki pikiran yang tidak dikehendaki dari waktu
kewaktu, dan sebagian besar diantara kita memiliki dorongan pada saat ini atau
kelak untuk melakukan perilaku tertenntu yang memalukan atau bahkan berbahaya.
Namun, hanya sedikit diantara kita yang menderita gangguan Obsesif-Kompulsif
(Obsessive Compulsive Disorder-OCD), suatu gangguan anxietas dimana pikiran
dipenuhi dengan pemikiran yang menetap dan tidak dapat dikendalikan dan
individu dipaksa untuk terus menerus mengulang tindakan tertentu, menyebabkan
distress yang signifikan dan mengganggu keberfungsian sehari-hari. Prevalensi
sepanjang hidup gangguan Obsesif-Kompulsif berkisar 2,5% dan sedikit lebih
banyak terjadi pada perempuan dibanding pada laki-laki (Karno dan
goelding,1991; Karno dkk.,1988; Stein dkk.,1997).
Usia
Onset gangguan ini tampaknya bimodal, yaitu terjadi sebelum usia 10 tahun atau
pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa (Conceicao do Rosario-Campos dkk.,
2001). Kemunculan pada usia muda lebih banyak terjadi pada laki-laki dan
berkaitan dengan kompulsi membersihkan (Noshirfani dkk.,1991). Gangguan
Obsesif-Kompulsif juga menunjukkan komorbiditas dengan gangguan anxietas lain,
terutama dengan gangguan panik dan phobia (austin dkk.,1990), dan dengan
berbagai gangguan kepribadian (Baer dkk., 1990; Mavissikalian, Hammen, &
Jones, 1990).
Obsesi
adalah pikiran, impuls, dan citra yang mengganggu dan berulang yang muncul
dengan sendirinya serta tidak dapat dikendalikan, walaupun demikian biasanya
tidak selalu tampak irasional bagi individu yang mengalaminya. Secara klinis,
obsesi yang paling banyak terjadi berkaitan dengan ketakutan akan kontaminasi,
ketakutan mengespresikan impuls seksual atau agresif, dalam ketakutan
hipokonrial akan disfungsi tubuh (Jenike, Baer, & Minichiello, 1986).
Obsesi juga dapat berupa keraguan-raguan ekstrim, prokrastinasi, dan ketidak
tegasan. Dalam beberapa hal fikiran obsesif sama dengan kekhawatiran yang
menjadi ciri gangguan anxietas mennyeluruh. Gangguan ini penuh “Bagaimana
jika”-Kekhawatiran berulang yang berlebihan tentang kemungkinan terjadinya
peristiwa negatif yang tidak mungkin. Perbedaan diantara kedua gangguan
tersebut biasanya adalah para penderita OCD mengalami kekhawatiran mereka
sebagai “ego alien” atau “ego distonik”, yaitu mereka menganggap pikiran
teersebut sebagai sesuatu yang dimasukkan dari luar diri dan sangat tidak masuk
akal.
Kompulsi
adalah perilaku atau tindakan mental repetitif yang mana seseorag merasa
didorong untuk melakukannya dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan yang
disebabkan pikiran-pikiran obsesif atau untuk mencegah terjadinya suatu
bencana. Aktivitas tersebut tidak berhubungan secara realistis dengan tujuan
yang ada atau jelas berlebihan. Kompulsi yang umum dilaporkan mencakup hal-hal
berikut:
Ø Mengupayakan
kebersihan dan keteraturan, kadang kala melalui upacara rumit yang memakan waktu berjam-jam dan bahkan sepanjang hari;
Ø Menghidari
objek tertentu, seperti menghindari segala sesuatu yang berwarna coklat;
Ø Melakukan
praktik-praktik repetitif, magis, protektif, seperti menghitung, mengucapkan angka tertentu, atau menyentuk
semacam jimat atau bagian tubuh
tertentu;
Ø Mengecek
sebanyak 7 atau 8 kali untuk memastikan bahwa tindakan yang telah dilakukan benar-benar telah dilakukan,
contohnya, lampu, pemantik kompor,
atau katup telah dimatikan, jendela telah ditutup, pintu telah dikunci;
Ø Melakukan
suatu tindakan tertentu,seperti makan dengan sangat lambat.
Sebagai
suatu kompulsi karena seringkali dilakukan dengan perasaan senang. Kompulsi
yang sebenarnya sering dianggap oleh pelaku sebagai sesuatu yang tidak berasal
dari dirinya (egodistonik). Konsekuensi yang sering tejadi pada gangguan
obsesif kompulsif adalah efek negatif terhadap hubungan dengan orang lain,
terutama anggota keluarga. Orang-orang yang terbebani kebutuhan yang tidak dapat
ditahan untuk mencuci tangan setiap 10 menit, atau menyentuh setiap pegangan
pintu yang mereka lalui, atau menghitung setiap keping keramik dilantai kamar
mandi kemungkinan menimbulkan kekhawatiran dan bahkan kemarahan pada pasangan,
anak-anak, teman-teman, bahkan rekan-rekan kerja.
Efek
yang tidak dikehendaki pada orang lain, pada akhirnya, akan menambah
konsekuensi negatif, menimbulkan perasaan depresi dan kecemasan menyeluruh pada
penderita obsesif kompulsif dan menjadi awal deteriorasi yang lebih buruk dalam
hubungan pribadi.
Kriteria DSM-IV-TR untuk Gangguan Obsesif Kompulsif
(Obsessive Compulsive Disorder-OCD)
Ø Obsesi,
pikiran yang berulang dan menetap, impuls-impuls, atau dorongan yang menyebabkan kecemasan
Ø Kompulsi-perilaku
dan tindakan mental repetitis yang dilakukan seseorang untuk menghilangkan ketegangan.
Etiologi Gangguan Obsesif Kompulsif
Teori Psikoanalis
Dalam
teori psikoanalisis, obsesi dan kompulsi dipandang sebagai hal yang sama, yang
disebabkan oleh dorongan instingtual, seksual, atau agresif yang tidak dapat
dikendalikan karena toilet training yang
terlalu keras. Yang bersangkutan kemudian terfiksasi pada tahap anal.
Simtom-simtom yang muncul dianggap mencerminkan hasil perjuangan antara Id dan
mekanisme pertahanan; kadang kala insting agresif Id mendominasi, kadang kala
mekanisme pertahanan yang mendominas.
Alfred
adler (1931) memandang gangguan obsesif kompulsif sebagai akibat dari rasa yang
tidak kompoten. Adler berpendapat bahwa tindakan kompulsif memungkinkan
seseorang sangat terampil dalam suatu hal,
bahkan jika suatu hal itu hanya berupa posisi menulis dimeja.
Teori Behavioral dan Kognitif
Teori
behavioral menganggap kompulsi sebagai perilaku yang dipelajari yang dikuatkan
oleh reduksi rasa takut (Meyer & Chesser, 1970). Orang-orang yang menderita
gangguan obsesif kompulsif secara aktif mungkin mencoba menekan pikiran-pikiran
yang mengganggu tersebut, namun seringkali dengan konsekuensi yang tidak
mengenakkan.
Penjelasan
kognitif mengenai OCD sama dengan penjelasan adler yang dibahas sebelumnya.
Dihipotesiskan bahwa OCD (sekurang-kurangnya perilaku kompulsif) didorong oleh
kebutuhan yang tidak masuk akal untuk merasa kompoten, bahkan sempurna. Jika
tidak demikian, orang yang bersangkutan merasa tidak berharga (McFall &
Wollersheim, 1979).
Faktor Biologis
Encevalitis,
cedera kepala, dan tumor otak diasosiasikan dengan terjadinya gangguan obsesif-kompulsif
(Jenike, 1986). Studi pemindaian dengan PET menunjukkan peningkatan aktivasi
pada logus frontalis OCD, Mungkin
mencerminkan mereka yang berlebihan terhadap pikiran meraka sendiri. fokus pada
ganglia basalis, suatu sistem yang berhubungan dengan pengendalian perilaku
motorik, disebabkan oleh relevansinya dengan kompulsi dan juga dengan hubungan
antara OCD dan sindrom Torette. Fasilitas OCD dikaitkan dengan tingkat
serotonin yang rendah atau berkurangnya jumlah reseptor. Salah satu penjelasan
yang mungkin adalah OCD disebabkan oleh suatu sistem neurotransmiter yang
berpasangan dengan serotonin; bila dipengaruhi anti depresan, sistem serotonin
menyebabkan perubahan pada sistem lain tersebut yang merupakan lokasi
sebenarnya dari efek terapiutik (Barr dkk., 1994)
Terapi Gangguan Obsesif-Kompulsif
Gangguan
Obsesif-Kompulsif merupakan salah satu masalah psikologis yang paling sulit
ditangani.
Terapi Psikonalisis
Terapi
psikoanalisis untuk obsesi dan kompulsif mirip dengan untuk fobia dan kecemasan
menyeluruh, yaitu mengangkat represi dan memberi jalan pada pasien untuk
menghadapi hal yang benar-benar ditakutkannya. Salah satu pandangan
psikoanalisis mengemukakan hipotesis bahwa keragu-raguan yang tampak pada
sebagian besar penderita obsesif kompulsif berasal dari kebutuhan terhadap
ketidakpastian dan kecemasan yang dirasakan semua orang seiring mereka
menghadapi kenyataan bahwa tidak ada sesuatu yang pasti atau dapat dikendalikan
secara mutlak dalam hidup ini.
Pendekatan Behavioral
Pemaparan
dan pencegahan ritual (ERP-Exposure and Ritual prevention). Pendekatan
behavioral yang paling banyak digunakan dan diterima secara umum untuk ritual
kompulsif, yang dipeloporkan di inggris oleh victor meyer (1966),
mengombinasikan pemaparan dan pencegahan respon (ERP) (Rachman & Hodgson,
1980). Dalam metode ini (kadang disebut flooding) Seseorang memaparkan dirinya
pada situasi yang menimbulkan tindakan kompulsif –seperti memegang piring
kotor- kemudian menghindari untuk tidak melakukan ritual yang biasa dilakukannya-
yaitu mencuci tangan. Asumsiya adalah bahwa ritual tersubut merupakan penguatan
negatif karena mengurangi kecemasan yang ditimbulkan oleh suatu stimulus atau
peristiwa dalam lingkungan, seperti debu di kursi. Mencegah sseorang melakukan
ritual akan memaparkannya pada stimulus yang menimbulkan kecemasan sehingga
memungkinkan terhapusnya kecemasan tersebut. Kadangkala pemaparan dan
pencegahan ritual ini dilakukan melalui imajinasi, terutama jika tidak
memungkinkan untuk melakuakannya secara nyata, contohnya, bila seseorang
percaya bahwa ia akan terbakar di neraka jika gagal melakukan ritual tertentu.
Terapi Perilaku Rasional Emotif
Beberapa
bukti mendukung efektivitas terapi perilaku rasional emotif untuk mngurangi OCD
(a.l., Emmelkamp & Beens, 1991). Pemikirannya adalah membantu pasien
menghauskan keyakinannya bahwa segala sesuatu mutlak harus berjalan seperti
yang mereka inginkan atau bahwa segala tindakan yang mereka lakukan harus
mutlak memberikan hasil sempurna. Dalam pendekatan ini, pasien didorong untuk
menguji ketakutan mereka bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi jika mereka
tidak melakukan ritual kompulsif. Jelaslah, bagian tak terpisahkan dalam terapi
kognitif semacam itu adalah pemaparan dan pencegahan respons (atau ritual),
karena untuk mengevaluasi apakah tidak melakuakn ritual kompulsif akan
memberikan konsekuensi yang mengerikan, pasien harus menahan diri untuk tidak
melakukan ritual tersebut.
Penanganan Biologis
Obat-obatan
yang meningkatkan level serotonin, seperti SSRIdan beberapa tricylic, merupakan penanganan biologis
yang paling sering diberikan kepada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif.
Penelitian menunjukan bahwa penghambat pengembalian serotonin, seperti fluoxetine (prozac), menghasilkan
perbaikan lebih besar bagi pasien OCD dibanding placebo atau tricylic (Kroning dkk., 1994). Namun
demikian, keuntungan yang dihasilkan kecil dan simtom-simtom akan terjadi
kembali jika pemakaian obat dihentikan (Franklin & Foa, 1998: McDougle
dkk., 1994). Tetap menggunakan obat-obatan memang mengurangi risiko kekambuhan
(Koran dkk., 2002).
PENUTUP
Kesimpulan
Orang-orang
yang mengalami gangguan panik, gangguan anxietas menyeluruh, dan gangguan
obsesif-kompulsif (OCD) merasakan kekhawatiran yang sebenarnya tidak perlu.
Gangguan
tersebut memfokuskan pada gejala-gejala awal suatu serangan, yang menekankan
pada kesalahan interpretasi yang bersifat merusak stimuli. Serangan panik yang
dirasakan yaitu semacam sensasi fisik dan di interpretasikan sebagai
tanda-tanda datangnya kematian, pikiran tersebut memicu kecemasan yang lebih
besar dan sensasi fisik yang lebih banyak.
REFERENSI
:
Davidson,
G.C.,Neale, J.M., Kring, A.M. 2010. Psikologi
abnormal edisi ke-9. Jakarta: Rajawali Pers.
Dr. M. Djamil. 2012. Gangguan Panik Dengan Agorafobia. Bagian
Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RSUP, Padang, Sumatera
Barat. No.2. Vol.36
Andri. 2012. Tata Laksana Komprehensif Pada Gangguan Panik: Tinjauan Kasus.
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana,
Jakarta, Indonesia. CDK-193/ vol. 39 no. 5.
MAKALAH
PSIKOPATOLOGI
GANGGUAN PANIK, GANGGUAN ANXIETAS
MENYELURUH, DAN GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF
DOSEN PENGAMPU : RahmatPermadi,
S.Psi., M.Psi., Psikolog
Dr. SittiMurdiana, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog

Kelompok9 :
A.
Zahra annisahamid (1771042007)
A.
Miftahuljannah (1771041005)
Ahmad
Fadil (1771042006)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
Komentar
Posting Komentar