TEORI PERTUKARAN KASIH SAYANG
TEORI PERTUKARAN KASIH SAYANG

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
DEVI NURFAUDIANTI (1744040001)
MASITA KADIR (1744041007)
FATURRAHMAN USMAN ()
NUR ULFA MEILANI ILYAS ( )
NURHIKMAH RAMDANI()
KELAS
A
PSIKOLOGI
PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2018
A.
Teori Pertukaran Kasih Sayang
Dalam teori ini
memunculkan sebuah pandangan Bio
Evolusioner pada komunikasi penuh kasih sayang, banyak hubungan antar
pribadi diprakarsai dan dipelihara melalui pertukaran perilaku-perilaku kasih
sayang, seperti memeluk, pegangan tangan atau dengan mengatakan “aku sayang
padamu,” tentu saja pernyataan kasih sayang sering bertindak sebagai saat yang
menentukan dan mempercepat perkembangan hubungan, namun demikian komunikasi
penuh kasih sayang tidak hanya berkontribusi kepada kesehatan hubungan, tetapi
juga kepada kesehatan orang itu sendiri. (Budyatna: 301 dalam Puspitawati, H,
2014: 59).
Teori
pertukaran kasih sayang atau Affection
Exchange Theory (AET) merupakan teori ilmiah dimana tujuan utamanya adalah
untuk menerangkan mengapa umat manusia mengkomunikasikan kasih sayang kepada
satu sama lain, dan dengan konsekuensi-konsekuensi apa, memperkuat hal ini ada
dua asumsi pokok dalam Affection Exchange
Theory (AET) yaaitu antara lain:
1.
Bahwa umat
manusia, seperti halnya organisme hidup lainnya, tunduk kepada prinsip mengenai
seleksi alam dan seleksi seksual.
2.
Perilaku
komunikasi manusia hanya sebagian tunduk kepada pembatasan yang disengaja dari
komunikator.
Affection Exchange Theoryatau teori pertukaran kasih sayang memiliki tiga
preposisi seperti berikut:
1.
Kebutuhan dan
kapasitas untuk kasih sayang adalah pembawaan sejak lahir, yaitu manusia
dilahirkan dengan kemampuan dan kebutuhan untuk merasakan kasih sayang, yang
didefenisikan sebagai keadaan internal tentang kemesraan dan penuh semangat
positif bagi sasaran hidup. (Budyatna: 303 dalam Puspitawati, H, 2014: 59).
Preposisi ini memiliki dua implikasi penting yaitu:
a.
Manusia tidak perlu belajar merasakan kasih
sayang
b.
Kebutuhan kasih
sayang adalah pokok dalam rumpun manusia, yang mengimplikasikan manfaat-manfaat
apabila ini terpenuhi dan konsekuensi negatif apabila tidak terpenuhi.
2.
Perasaan-perasaan
penuh kasih sayang dan pernyataan-pernyataan penuh kasih sayang adalah berbeda
dengan pengalaman yang sering kali, tetapi tidak selalu berbeda-beda. Disini,
teori ini membedakan antara pengalaman emosional tentang kasih sayang dan
perilaku-perilaku melalui dimana kasih sayang dijadikan nyata. Perbedaan ini
adalah penting untuk dua alasan (Budyatna:303 dalam Puspitawati, H, 2014: 60).
a.
Umat manusia
memiliki kemampuan untuk mengalami kasih sayang tanpa menyatakan
perasaan-perasaan tersebut. Orang dapat memiliki perasaan-perasaan penuh kasih
sayang bagi orang lain, tetapi gagal untuk menyatakannya, tidak ada rasa takut
akan penolakan atau untuk menghormati kepada hambatan-hambatan sosial tentang
konyeks yang ada.
b.
Umat manusia
dapat menyatakan kasih sayang tanpa merasakannya, yang umat manusia sering
lakukan dalam mematuhi tentang norma-norma kesopanan santunan.
Pernyataan-pertanyataan ini dapat juga bertindak sebagai motif-motif
tersembunyi, seperti perolehan kebaikan.
3.
Komunikasi yang
penuh kasih sayang bersifat adaptif berkenaan dengan kelangsungan hidup manusia
dan kesuburan. Ini merupakan inti mengenai
Affection Exchange Theory(AET)atau teori pertukaran kasih sayang, asumsi
bahwa menerima dan menyampaikan pernyataan-pernyataan penuh kasih sayang
berkontribusi bagi kelangsungan hidup dan keberhasilan reproduksi. Lebih khusus
subproposisi-subproposisi mengidentifikasi dua jaringan-jaringan kausal yang
utama melalui nama komunikasi dengan penuh kasih sayang membantu tujuan-tujuan
yang unggul. (Budyatna: 304 dalam Puspitawati, H, 2014: 60).
Secara
konseptual, Affection Exchange Theory(AET)atau
teori pertukaran kasih sayang hanya mendefenisikan komunikasi “penuh kasih
sayang” atau affectionate, dari pada komunikasi pada umumnya, meskipun beberapa
konsep-konsep yang lebih luas mengenai komunikasi dapat berasal dari
pendekatannya.
Dalam
teori komunikasi penuh kasih sayang didefenisikan sebagai perilaku-perilaku itu
yang menyampaikan perasaan-perasaan tentang kemesraan dan apresiasi positif
yang bersemangat, dan secara umum di terima sedemikian rupa oleh para penerima
yang mereka maksudkan. Meskipun bentuk-bentuk tentang memperlihatkan kasih
sayang sebagian besar di bentuk oleh norma-norma cultural dan didesak oleh tuntutan-tuntutan kontekstual.
Macam-macam
kasih sayang yaitu, antara lain: (Sintia, E., 2013: 44).
1.
Kasih sayang
dalam keluarga
Keluarga
adalah sebagai suatu kesatuan dan pergaulan. Sebagai kesatuan merupakan
gabungan dari beberapa orang yang ditandai oleh hubungan genealogis dan
psikologis yang saling ketergantungan dengan karakteristiknya yang
berbeda-beda.
2.
Kasih sayang
dalam kehidupan bertetangga
Kehidupan
bermasyarakat dimulai dalam kebiasaan lingkungan ini, dimana hasilnya akan
terlihat apabila kehidupan di dalam suatu lingkungan tertib, rapi dan sejahtera
serta saling menghormati. Masyarakat yang tidak teratur menunjukkan bahwa
kehidupan keluarga tidak memiliki dasar yang kuat dan masyarakat yang teratur
menunjukkan suatu keluarga yang penuh keteraturan.
3.
Kasih sayang
sesama manusia
4.
Kasih sayang
antara pria dan wanita
DAFTAR
PUSTAKA
Puspitawati, H. (2014). Teori Pertukaran Kasih
Sayang. Jurnal Simbulika, 1 (2) hal.
59-60
Sintia, E. (2013). Menumbuhkan Sifat Kasih Sayang. Jurnal Komunikasi, 2 (1) hal.44
Komentar
Posting Komentar