MATERI PEMBELAJARAN HUBUNGAN MATERI DENGAN RANAH /DOMAIN DALAM PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
HUBUNGAN MATERI DENGAN RANAH /DOMAIN DALAM PEMBELAJARAN
O
L
E
H

MARIA
FEBRUONA ANDING
1754040011
PRODI
PENDIDKAN BAHASA JERMAN
JURUSAN
BAHASA ASING
FAKULTAS
BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
AGUSTUS
2018
KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan-Nya
sehingga tugas Makalah yang berjudul “Hubungan Materi dengan Ranah/domain pada
Pembelajaran” ini dapat saya selesaikan.
Makalah ini saya buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran.
Dalam
kesempatan ini, saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu demi terwujudnya
makalah ini.Jika ada kata atau kalimat
yang salah dalam makalah ini saya akan menunggu kritikan
dan saran yang dapat lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga Tuhan
senantiasa menyertai niat baik dan usaha kita
Penulis
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata
lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan
hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa
diperhatikan dan dipegangi dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip
kebulatan, dengan prinsip evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar
dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari
segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan
(aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan
pengamalannya (aspek psikomotor). Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat
sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses
evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat
bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga
jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik,
yaitu: Ranah proses berfikir (cognitive
domain), Ranah nilai atau sikap
(affective domain), Ranah keterampilan
(psychomotor domain)
B.
Permasalahan
- Pengertian materi
- Pengertian domain
- Pengertian tiga ranah ( kognitif, afektif, psikomotor)
- Hubungan Antara Ranah Afektif dengan Ranah Kognitif dan Psikomotorik
BAB
II
PEMBAHASAN
- Pengertian Materi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian materi adalah
benda, bahan segala sesuatu yang tampak. Contoh: 'bantuan berupa materi
sesuatu yang menjadi bahan (untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan,
dikarangkan, dan sebagainya)
contoh: orang yang menyusun soal ujian harus tahu materinya.
contoh: orang yang menyusun soal ujian harus tahu materinya.
Materi merupakan seperangkat pengetahuan ilmiah yang
disampaikan dalam proses belajar mengajar agar sampai pada tujuan yang
ditetapkan, sedangkan metode dan
alat merupakan cara yang
digunakan dalam mencapai tujuan. Juga untuk mengetahui apakah tujuan yang telah
ditetapkan itu tercapai atau tidak maka diperlukan evaluasi. Dari evaluasi itu akan diketaui hasil belajar atau
kemampuan yang dimiliki siswa setelah proses belajar.
- Pengertian Domain/ranah
Pengertian ranah yang berarti bagian (satuan) perilaku
manusia, Domain/Kawasan merupakan suatu realisasi dari definisi dari bidang
teknologi pembelajaran. Kawasan mewujudkan apa yang dapat dilakukan oleh suatu
disiplin ilmu agar disiplin tersebut mampu memberikan sumbangan langsung dalam
bentuk rumusan praktik yang dilakukan oleh para praktisi. Kawasan juga
berfungsi sebagai panduan para praktisi dan tenaga ahli untuk bergerak dalam
bidang yang dimaksud.[1]
- Pengertian dari ketiga ranah
1.
Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak
adalah termasuk dalam ranah kognitif.
Ranah kognitif memiliki enam
jenjang atau aspek, yaitu:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan
(knowledge)
2. Pemahaman (comprehension)
3. Penerapan (application)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (syntesis)
6.
Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan
berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur
yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek
kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang
sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi
yaitu evaluasi.
2.
Ranah Afektif
Istilah ranah afektif dalam bahasa Indonesia
berasal dari kata “ranah” yang berarti “bagian (satuan) perilaku manusia” dan
“Afektif” berarti “berkenaan dengan perasaan”. Jadi, ranah afektif merupakan
bagian dari tingkah laku manusia yang berhubungan dengan perasaan. Sedangkan
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah affective domain. Menurut Anita E.
Woolfolk, “The affective domain is emotional objectives”. Maksudnya ranah
afektif merupakan tujuan-tujuan yang berkenaan dengan kondisi emosi seseorang.
Dalam hal ini ranah afektif dimaksudkan untuk menggugah emosi siswa agar ikut
berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Di dalam mendefinisikan ranah afektif, para ahli banyak yang menyebutkan
bahwa ranah afektif itu merupakan tujuan yang berkenaan dengan sikap dan nilai.
Dari definisi tersebut di atas, pengertian ranah afektif terlihat sangat
singkat dan masih membutuhkan pemahaman sehingga untuk lebih jelasnya, penulis
paparkan pendapat
Krothwohl dalam bukunya yang berjudul Taxonomy of Educational Objectives (Affective Domain) yang
mengatakan bahwa: ranah afektif adalah:
“Objectives which emphasize a
feeling tone, an emotion or a degree of acceptance or rejection. Affective
objective vary from simple attention to selected phenomena to complex but
internally consistent qualities of character and conscience. It expressed as
interest, attitudes, appreciations, values and emotional sets or biases”.
Artinya : “Tujuan-tujuan yang lebih mengutamakan pada
perasaan, emosi atau tingkat penerimaan atau penolakan. Tujuan afektif mengubah
perhatian dari yang sederhana menuju yang rumit untuk memilih fenomena serta
menanamkan fenomena itu sesuai dengan karakter dan kata hatinya. Ranah afektif terlihat
dalam sikap, minat, apresiasi, nilai dan emosi atau prasangka”.
Dari definisi di atas
dapat dipahami bahwa dalam ranah afektif bukan sikap dan nilai saja yang diu tamakan, tetapi meliputi hal yang
penilaian sebuah fenomena dan dalam menuntun tingkah laku moralnya.
Jadi berdasarkan pendapat
Krathwohl tersebut, dapat dipahami bahwa ranah afektif terdiri dari 5 aspek
yaitu:
1)
Minat (interest)
Menurut Doyles Friyer
yang dikutip oleh Wayan Nurkancana dalam bukunya Evaluasi Pendidikan, “Minat
atau interest adalah gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau Dari
pengertian tersebut, apabila seseorang senang terhadap obyek atau aktivitas
tertentu maka ia akan mempunyai minat yang besar terhadap obyek itu. Sebagai
contoh apabila siswa senang dengan pelajaran sejarah Islam maka ia akan menaruh
minat yang besar terhadap pelajaran tersebut misalnya dengan memperhatikan
pelajaran tersebut dengan baik, banyak membaca buku-buku sejarah Islam, senang
bertanya kepada guru tentang pelajaran itu dan sebagainya. Jadi minat merupakan
faktor pendorong individu untuk melaksanakan usahanya. aktivitas yang
menstimulus perasaan senang pada individu”.
2) Sikap
(attitude)
Sikap merupakan
kecenderungan untuk merespon sesuatu baik individu, tata nilai, peristiwa, dan
sebagainya dengan caracara tertentu. Dalam proses belajar mengajar terlihat
adanya sikap siswa seperti kemauannya untuk menerima pelajaran dari guru,
perhatiannya terhadap apa yang dijelaskan oleh guru, penghargaannya terhadap
guru. Jadi sikap akan memberikan arah kepada individu untuk melakukan perbuatan
yang positif ataupun negatif.
3) Nilai (value)
Sebagaimana yang dikutip
oleh Drs.
H.M. Chabib Thoha dalam buku “Kapita Selekta Pendidikan Islam”,
Sidi Gazalba mengartikan nilai sebagai sesuatu yang bersifat abstrak. Ia ideal,
nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah
yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki
dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi.
Dari kedua pengertian
nilai tersebut, dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, siswa mampu
menghayati sebuah fenomena sehingga ia dapat membedakan benar dan salah, baik
dan buruk dan mana yang lebih penting dalam hidup.
4) Apresiasi
Apresiasi sering
diartikan sebagai penghargaan terhadap suatu benda baik abstrak maupun kongkret
yang memiliki nilai luhur dan umumnya dikaitkan dengan karya seni. Menurut
Chaplin yang dikutip oleh Muhibbin Syah, apresiasi berarti “suatu pertimbangan
(judgment) mengenai arti penting atau nilai sesuatu”. Dalam proses belajar
mengajar, apresiasi dapat dilihat dari perilaku siswa menghargai guru dan teman,
menghargai waktu belajar dan tahu hal-hal yang lebih penting dalam hidup.
5) Penyesuaian atau adjustment
Penyesuaian merupakan
aspek afektif yang mengontrol perilaku siswa sesuai dengan prinsip-prinsip yang
tertanam dalam dirinya. Jadi adjustment dapat diartikan sebagai penguasaan;
yaitu kemampuan membuat rencana dan mengatur respon-respon sedemikian rupa
sehingga dapat menguasai/menanggapi segala macam konflik atau masalah. Sebagai
contoh, siswa melakukan latihan diri dalam memecahkan masalah berdasarkan
konsep bahan yang telah diperolehnya atau menggunakannya dalam praktek kehidupannya.
3.
Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan
dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif
(yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah
psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat,
melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur
melalui:
(1) Pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku
peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung,
(2) Sesudah
mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
(3) Beberapa
waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
- Hubungan Antara Ranah Afektif dengan Ranah Kognitif dan Psikomotorik
Sebagaimana penulis
paparkan sebelumnya, bahwa ranah afektif itu tidak bisa terpisah dengan
ranah kognitif dan psikomotorik tetapi ketiganya saling berkaitan. Hal itu
dapat dilihat dari hubungan antara ranah afektif dan kognitif lebih dahulu
untuk sampai pada psikomotorik..
Ranah afektif mempunyai hubungan dengan ranah
kognitif yang mana dalam setiap proses afektif terdapat komponen kognitif. Hal ini dapat dilihat pada masing-masing tahap proses
afektif yaitu; pertama “penerimaan”. Dalam proses belajar mengajar penerimaan
ini mengarah pada perhatian siswa. Dengan adanya perhatian siswa tersebut maka
akan mudah bagi siswa dalam memperoleh “pengetahuan” atau dengan kata lain
perhatian siswa dalam belajar sebagai syarat untuk sampai pada “pengetahuan”.
Kedua “merespon”, sebagai contoh ditemukan tujuan “kemauan” siswa untuk
menjawab pertanyaan guru. Tujuan ini mengandung pengertian bahwa siswa
mempunyai kemauan dan mampu menjawab pertanyaan guru apabila siswa tersebut
sudah mengetahui dan memahami materi pelajaran yang ditanyakan guru. Jadi dapat
dikatakan bahwa tujuan afektif dalam contoh tersebut secara tidak langsung
berarti tujuan kognitif karena di dalamnya membutuhkan komponen kognitif yaitu
pengetahuan dan pemahaman.
Tahap ketiga yaitu “menilai” suatu fenomena/benda.
Siswa mampu memberikan penilaian baik atau buruk, benar atau salah terhadap
fenomena apabila siswa tersebut sudah dibekali dengan beberapa pengetahuan
tertentu kemudian memahami dan mampu menganalisa fenomena tersebut.
Tahap organisasi dan kakterisasi nilai sebagai tahap
empat dan lima ini berarti siswa mengkonsep sebuah nilai yang telah direspon
untuk disatukan dengan sistem nilai yang ada menuju karakter individu. Dan hal ini membutuhkan
kemampuan siswa dalam mengembangkan nilai-nilai baru yang lebih kompleks
(analisis). Untuk mengembangkan nilai tersebut juga diperlukan kemampuan siswa
dalam mensintesis dan mengevaluasi sebuah nilai.
Berdasarkan uraian di
atas, dapat dipahami bahwa dalam setiap tahap ranah afektif maka terdapat
komponen kognitif. Di samping itu, tujuan afektif secara tidak langsung
mengandung arti tujuan kognitif seperti dalam contoh tahap kedua atau dengan
kata lain tujuan afektif sama artinya dengan tujuan kognitif. Setelah siswa
memiliki kemampuan dalam mengorganisasikan nilai menjadi karakternya, maka
sebagai tahap lanjutan dari kemampuan tersebut adalah adanya kemampuan
bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu sesuai dengan makna
yang terkandung di dalam ranah afektifnya sehingga kedua ranah tersebut jika
dilukiskan, akan tampak dalam hasil belajar sebagai berikut:
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Dalam dunia pendidikan ada tiga ranah yang dikenal yaitu
ranah kognitif berhubungan dengan otak atau pengetahuan siswa, ranah
Psikomotorik yang lebih dikenal dengan skill atau kemampuan praktek siswa dan
ranah afektif yang sering disebut dengan sikap siswa. Ketiga ranah tersebut
sangat berhubungan erat satu dengan lainnya. Dalam pembelajaran ketiga ranah
itulah yang dilihat dan dikembangkan oleh setiap individu yang sedang belajar
juga para pendidik dalam mengembangkan potensi dari peserta didik
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa dalam
setiap tahap ranah afektif maka terdapat komponen kognitif. Di samping itu,
tujuan afektif secara tidak langsung mengandung arti tujuan kognitif seperti
dalam contoh tahap kedua atau dengan kata lain tujuan afektif sama artinya
dengan tujuan kognitif. Setelah siswa memiliki kemampuan dalam
mengorganisasikan nilai menjadi karakternya, maka sebagai tahap lanjutan dari
kemampuan tersebut adalah adanya kemampuan bertindak setelah ia menerima
pengalaman belajar tertentu sesuai dengan makna yang terkandung di dalam ranah
afektifnya
- Saran
Dari makalah ini pembaca diharapkan untuk memahami
ketiga ranah yang telah dipaparkan dan mengembangkan ketignya pula baik sebagai
pendidik untuk menilai kemampuan siswanya juga sebagai pelajar dalam memacu
belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://djauharul28.wordpress.com/2012/12/07/penilaian-pada-ranah-kognitif-afektif-dan-psikomotorik/
Dr. Nana Sudjana. (1995). Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya
Djalinus Syah, dkk.(1993). Kamus
Pelajar (Kata Serapan Bahasa Indonesia). Jakarta : Rineka Cipta
Anita E. Woolfolk. (1980).
Educational Psychology, America : Allyn &Bacon
David R. Krathwohl. (1956).
Taxonomy of Educational Objectives; Handbook II : Affective Domain. London :
Longman Group Ltd.,
Komentar
Posting Komentar