MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA
MANUSIA
DAN PENGEMBANGANNYA

DisusunUntukPemenuhanTugas
Mata Kuliah Pengantar Pendidikan
OLEH
KELOMPOK 1
Nur Afny 1444040007
Riski Arsyad 1444040010
Elmi Lestari 1444040011
Ikmal Hidayat 1444040017
Hadryanti 1444040023
Hildayanti Hasan 1444040025
PRODI
BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2018
PEMBAHASAN
A. Sifat Hakikat Manusia
1.
Pengertian
Sifat Hakikat Manusia
Sifat
hakikat manusia dapat diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara
prinsipiil membedakan manusia dari hewan.
2.
Wujud Sifat Hakikat Manusia
a.
Kemampuan Menyadari Diri
Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia
dengan hewan pada adanya kemampuan adanya menyadari diri yang dimiliki oleh
manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia,
maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau
karakteristik diri.
Drijarkara (Drijarkara,:138) menyebut kemaqmpuan
tersebut dengan istilah “meng-Aku”, yaitu kemampun mengeksplorasi
potensi-pontensi diri yang ada pada diri, dan memehami potensi-potensi tersebut
sebagai kekuatan yang dapat dikembangkan sehingga aku dapat berkembang kearah
kesempurnaan diri.
b.
Kemampuan Bereksistensi.
Yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan
mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Karena inilah manusia mempunyai
kebebasan yaitu manusia bukan “ber-ada” melainkan “meng-ada”.
c.
Kata Hati (Consecience Of Man)
Sering disebut hati nurani, pelita hati menunjukan bahwa hati itu adalah
kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang baik buruknya
perbuatan sebagai manusia.
d.
Moral
Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan
sendiri. Moral yang singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik
manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi
(luhur).
e.
Tanggung
Jawab
Yaitu keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu
perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dengan demikian tanggung jawab
dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa suatu perbuatan
sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.
f.
Rasa
kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu)
yang sesuai dengan kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati
dan moral. Yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang
sesuai dengan kodrat manusia.
g.
Kewajiban
dan hak
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi
oleh manusia. Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut dituntut
setelah memenuhi kewajiban.
h.
Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari
kehidupan manusia. Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan
saja, tetapi merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kepuasan dan
sejenisnya dengan pengalaman pahit dan penderitaan.
Manusia adalah mahluk yang serba terhubung,
dengan masyarakat, lingkungan, diri sendiri dan Tuhan.
Dalam krisis total manusia mengalami krisis
hubungan dengan masyarakat dengan lingkungannya, dengan diri sendiri dan dengan
Tuhan. Kebahagiaan hanya dapat dicapai apabila manusia meningkatkan kualitas
hubungannya sebagai mahluk yang memiliki kondisi serba terhubung dan dengan memahami
kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
Kebahagian adalah bahwa kebahagiaan itu rupanya
tidak terletak pada keadaan diri secara factual tetapi terletak pada
kesanggupan menghayati semua itu dengan keheningan jiwa, dan mendudukan hal-hal
tersebut didalam rangkaian tiga hal yaiti : ussaha, norma-norma, dan takdir.
Manusia yang menghayati kebahagiaan adalah
pribadi manusia dengan segenap keadaan dan kemampuannya.
B. Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya
1.
Dimensi Keindividualan
Lysen
mengartikan individu sebagai “ orang seorang ”, sesuatu yang merupakan suatu
keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu
diartikan sebagai pribadi. Manusia
sebagai makhluk individu mempunyai jiwa dan raga yang dalam perkembangannya
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua unsur itu merupakan monodualis,
yang selalu berkembang kearah yang lebih baik dan lebih sempurna. Dalam
memberikan pendidikan kepada individu hendaklah para pendidik memperhatikan
perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap anak manusia yang
dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau
menjadi dirinya sendiri. Seorang pakar pendidikan tersohor ditanah belanda,
M.J. Langeveld bahwa setiap orang memiliki individualitas.
Pada abad
ke-18 dan 19 aliran Rasionalisme masuk ke sekolah. Aliran ini berpendapat
“hendaklah para peserta didik disuruh menghafal sebanyak-banyaknya”. Dengan
kata lain, pengetahuan memberikan kepuasan dan kebehagian hidup, dengan semboyan
knowledge is power. Pendidikan yang diberikan kepada peserta didik hendaklah
seimbang antara aspek Kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik,
Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang bersifat otoriter serta patologis yang akan menghambat pendidikan. Tugas pendidik hanya menunjukkan jalan dan mendorong subyek didik bagaimana cara memperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri dengan berpedoman pada prinsip “ ing ngarso sungtulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Tujuan utama pendidikan adalah membantu peserta didik membentuk kepribadiannya, atau menemukan kediriannya sendiri.
Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang bersifat otoriter serta patologis yang akan menghambat pendidikan. Tugas pendidik hanya menunjukkan jalan dan mendorong subyek didik bagaimana cara memperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri dengan berpedoman pada prinsip “ ing ngarso sungtulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Tujuan utama pendidikan adalah membantu peserta didik membentuk kepribadiannya, atau menemukan kediriannya sendiri.
2.
Dimensi Kesosialan
Menurut
M.J. Langeveld (1955) sifat hakikat manusia adalah makhluk social,
individualitas, dan moralitas. Sifat sosialitas menjadi dasar dan tujuan dari
kehidupan manusia yang sewajarnya atau menjadi dasar dan tujuan setiap anak dan
kelompoknya. Setiap anak pasti terlibat dalam kehidupan social pada setiap
waktu, yang dimaksud dengan interaksi social adalah suatu hubungan antara dua
atau lebih individu manusia dimana tingkah laku individu yang satu
mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki tingkah laku yang lain.
Sebagai
makhluk social, mereka saling membutuhkan, saling membantu, dan saling
melengkapi. Manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia lain untuk mencapai
tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk pertumbuhan dan
perkembangan kepribadiannya.
Dalam hal
ini, tugas pendidikan ialah mengembangkan semua potensi social sehingga manusia
sebagai makhluk social mampu berperan, dan mampu menyesuaikan diri dengan
masyarakat. Diharapakan melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan secara
seimbang aspek individual dan aspek sosialnya. Ahli pendidikan membagi
kebutuhan manusia sebagai berikiut:
Maslow
mengelompokkan kebutuhan bergantung pada pemuasannya dan mempunyai tingkatan
makna yang tidak sama, dan memiliki hierarki tertentu. Hirarki kebutuhan
menurut Maslow:
a.
Kebutuhanestetis
b.
Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti
c.
Kebutuhan untuk aktualisasi diri
d.
Kebutuhan memperolah penghargaan
orang lain
e.
Kebutuhan mendapatkan kasih sayang dan memiliki
f.
Kebutuhan rasa aman
g.
Kebutuhan fisiologis
3. Dimensi Kesusilaan
Pengertian susila dapat diartikan sebagai
kepantasan yang lebih tinggi. Dalam masyarakat yang menyangkut kemasyarakatan
yang menyangkut kesusilaan terkait dengan etika dan etiket. Jika etika
dilanggar ada orang lain yang dirugikan. Sedangkan etiket bila dilanggar maka
hanya menimbulkan orang lain tidak senang.Masalah kesusilaan maka akan selalu
berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang
dijungjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran,
kemulyaan dan sebagainya.
Pada hakekatnya manusia memiliki kemampuan untuk
mengambil keputusan nilai-nilai susila dan melaksanakannya.Sehingga dengan
demikian dapat dikatakan manusia bila memiliki nilai-nilai,menghayati dan
melaksanakan nilai-nilai tersebut.
4. Dimensi
Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious.
Pandangan Martin Buber “ bahwa manusia adalah makhluk Tuhan dan sekaligus
mengandung kemungkinan baik dan jahat” adalah sesuai dengan pandangan manusia
sebagai makhluk Tuhan”.Menurut agama Islam pendidikanlah yang menentukan
sesorang akan menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dalam agama islam
dikemukakan “Tiap anak dilahirkan bersih, suci, orang tuanyalah yang akan
menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.Agama merupakan sandaran vertical
bagi manusia. Manusia dapat memahami agama melalui proses pendidikan agama. Ph.
Kohnstamm berpendapat bahwa pendidikan agama seyogyanya menjadi tugas orang
tua.
Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN
memasukan pendidikan agama kedalam kurikulum di sekolah, mulai dari SD s/d PT.
disini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama melalui pelajaran agama
ditingkatkan, namun tetap harus disadari bahwa tekanannya adalah pendidikan
agama dan bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan agama.
Jadi segi-segi afektif harus di utamakan.
C.
Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia
Seperti
yang telah kita ketahui bahwa sasaran pendidikan adalah manusia, artinya bahwa
pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidik.Ketika terlahir ke
dunia manusia telah dikaruniai oleh Tuhan dimensi manusia dalam wujud potensi,
namun belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau aktualisasi.Dan dari
kondisi “potensi” menjadi wujud aktualisasi terdapat rentang-rentang proses
yang mengundang pendidikan untuk berperan.Meskipun pada dasarnya pendidikasn
itu baik tetapi dalam pelaksanaan mungkin saja terjadi kesalahan–kesalahan yang
secara lazimnya disebut salah didik. Hal itu bisa terjadi karena pendidik itu
adalah manusia biasa, yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan. Sehubungan
dengan itu ada dua kemungkinan yang terjadi:
1.
Pengembangan Yang Utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat
manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu
sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberi
pelayanan atas perkembangannya.Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat
dari berbagai segi yaitu : wujud dimensi dan arahnya. Dari Wujud Dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi
keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan, antara antara aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor,. Pengembangan aspek jasmaniyah dan rohaniah
dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang.Pengembangan
dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan dikatakan utuh
jika semua dimensi tersebut mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi
pengabaian terhadap salah satunya.
Dari Arah Pengembangan Keutuhan pengembangan
dimensi hakikatb manusia dapat diarahkan kepada pengembangan dimensi
keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan secara terpadu.Dapat
disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan
sebagai pembinaaqn terpadu terhadap dimensi hakikat manusi sehingga dapat
tumbuh dan berkembang secara selaras. Perkembangan dimaksud mencakup yaqng
bersifat horizontal (yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical
(yang menciptakn ketinggian martabat manusia). Dengan demikian secara totalitas
membentuk manusiayangutuh.
2.
Pengembangan Yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap terhadap
dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan ada unsur
dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditngani, misalnya dimensi
kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain
afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara
vertical ada domain tingkah laku yang terabaikan penangannya.
D.
Sosok Manusia Seutuhnya
Sosok
manusia seutuhnya berarti bahwa pembangunn itu tidak hanya mengejar kemajuan
lahiriah, seperti sandang, pangan, kesehatan, ataupun kepuasan batiniah seperti
pendidikan, rasa aman, bebas mengelurkan pendapat yang bertanggung jawab
melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan diantara keduanya sekaligus
batiniah.se4lanjutnya juga diartikan bahwa pembanguinan itu merata diseluiruh
tanah air bukan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Selanjutnya
juga diartikan keselarasan hubungan manusia dengan Tuhannya , antara sesama
manusia, antara manusia dengan lingkungan sekitarnya, keselerasian antar
bangsa-bangsa dan juga keselarasan antara cita-cita hidup didunia dengan
kebahagiaan di akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Tirtarahardja, U & Sulo, L. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Komentar
Posting Komentar