MAKALAH TAKSONOMI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein
berarti untuk mengklasifikasi dan nomos
yang berarti aturan.Taksonomi dapat diartikan pengelompokan suatu hal berdasarkan
hierarki tertentu.Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan
kejadian-kejadian sampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut
beberapa skema taksonomi.
Taksonomi
tujuan pembelajaran adalah pengelompokan tujuan pembelajaran dalam kawasan
kognitif, afektif dan psikomotorik.Tujuan pembelajaran merupakan salah satu
aspek yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan pembelajaran.
Ranah adalahbagian (satuan)
perilaku manusia. Contoh: ranah afektif, berbagai perilaku yang berkaitan
dengan perasaan ranahkognitif,
perilaku yang menjadi kegiatan kognisi atau pikiran.
Taksonomi
tujuan pendidikan merupakan suatu kategorisasi tujuan pendidikan, yang umumnya
digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan
pembelajaran.Taksonomi tujuan terdiri dari domain-domain kognitif, afektif dan
psikomotor.
Berbicara tentang taksonomi perilaku
siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada umumnya sepakat untuk
menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo,
2005) sebagai tujuan pembelajaran, yang dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom
(Bloom’s Taxonomy).
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian taksonomi tujuan
pendidikan ?
2. Apa tujuan pembelajaran untuk setiap
ranah/domain?
3. Apakah pengertian ranah kognitif ?
4. Apakah pengertian ranah afektif ?
5. Apakah pengertian ranah psikomotor ?
C.
TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian
taksonomi tujuan pendidikan.
2. Untuk mengetahui tujuan pembelajaran
untuk setiap ranah/domain.
3. Untuk mengetahui ranah kognitif.
4. Untuk mengetahui ranah afektif.
5. Untuk mengetahui ranah psikomotor.
D.
MANFAAT
1. Dapat mengetahui pengertian taksonomi tujuan
pendidikan.
2. Dapat mengetahui
tujuan
pembelajaran untuk setiap ranah/domain.
3. Dapat mengetahui
ranah kognitif.
4. Dapat mengetahui
ranah afektif.
5. Dapat mengetahui
ranah
psikomotor.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Taksonomi
Tujuan Pendidikan (Bloom)
Taksonomi tujuan pendidikan
merupakan suatu kategorisasi tujuan pendidikan, yang umumnya digunakan sebagai
dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran.Taksonomi
tujuan terdiri dari domain-domain kognitif, afektif dan psikomotor.
Berbicara tentang taksonomi perilaku
siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada umumnya sepakat untuk
menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo,
2005) sebagai tujuan pembelajaran, yang dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom
(Bloom’s Taxonomy).Menurut Bloom
perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah, yaitu:
1. Ranah Kognitif
Ranah
ini mencakup kegiatan mental (otak).Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan
kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, yang berkenaan dengan
kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman,
konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Tujuan pembelajaran dalam ranah
kognitif (intelektual) atau yang menurut Bloom merupakan segala aktivitas yang
menyangkut otak dibagi menjadi 6 tingkatan sesuai dengan jenjang terendah
sampai tertinggi yang dilambangkan
dengan C (Cognitive) (Dalam buku yang
berjudul Taxonomy of Educational
Objectives. Handbook 1 :CognitiveDomain
yang diterbitkan oleh McKey New York. Benyamin Bloom pada tahun 1956) yaitu:
♦ C1 (Pengetahuan/Knowledge)
Pada
jenjang ini menekankan pada kemampuan dalam mengingat kembali materi yang telah
dipelajari, seperti pengetahuan tentang istilah, fakta khusus, konvensi,
kecenderungan dan urutan, klasifikasi dan kategori, kriteria serta metodologi.Di jenjang ini,
peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan dengan hapalan saja.
♦ C2 (Pemahaman/Comprehension)
Pada jenjang ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan
dalam memahami materi tertentu yang dipelajari. Kemampuan-kemampuan tersebut
yaitu :
1. Translasi
(kemampuan mengubah simbol dari satu bentuk ke bentuk lain)
Translasi adalah kemampuan untuk memahami suatu gagasan
dan dapat disampaikan atau dinyatakan dengan menggunakan metode yang berbeda
dari proses dicapai atau dari pernyataan asal dari apa yang telah didapatkan.
2. Interpretasi (kemampuan menjelaskan
materi)
Interpretasi adalah kemampuan untuk mengembangkan dan
mendapatkan informasi yang tidak tercantum secara eksplisit (jelas) dari sumber
yang di rujuk. Satu lebih tinggi dari translasi yang hanya mengubah informasi
yang di dapatkan ke dalam bentuk lain, maka interpretasi mampu memberikan
informasi lebih dari yang tertuang secara eksplisit dan disampaikan. Contoh
sederhana : Semalam hujan dan pohon-pohon kecil tumbang (sumber). Pohon-pohon
kecil tumbang kemungkinan disebabkan oleh hujan yang turun lebat semalam atau
akar pohon kecil belum begitu kuat menopang batangnya (yang disampaikan).
3. Ekstrapolasi (kemampuan untuk meramalkan).
Ekstrapolasi adalah kemampuan untuk meramalkan (menduga)
atau memberikan gambaran akan sesuatu hal berdasarkan trend yang muncul pada
data. Hal ini berarti ekstrapolasi lebih dari sekedar pemahaman mengenai
hal-hal yang konkret dan abstrak dari data yang didapatkan. Pemahaman ini lebih
dekat dengan aspek ke tiga yakni aplikasi dari tingkat taksonomi Bloom, hanya
saja belum sampai pada tahan melakukan. Contoh Sederhana: Semalam hujan dan pohon-pohon
kecil tumbang (sumber). Jika hujan terjadi terus menerus selama tiga hari
kemungkinan pohon-pohon akan tumbang, baik yang kecil maupun yang besar
(informasi yang didapatkan setelah mengambil dugaan).
♦ C3
(Penerapan/Application)
Pada jenjang
ini, aplikasi diartikan sebagai kemampuan menerapkan informasi pada situasi
nyata, dimana peserta didik mampu menerapkan pemahamannya dengan cara
menggunakannya secara nyata. Di jenjang ini, peserta didik dituntut untuk dapat
menerapkan konsep dan prinsip yang ia miliki pada situasi baru yang belum
pernah diberikan sebelumnya. Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan
konsep kedisiplinan yang diajarkan setiap agama dalam kehidupan sehari-hari
baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
♦ C4 (Analisis/Analysis)
Pada jenjang ini, dapat dikatakan bahwa analisis adalah
kemampuan menguraikan suatu materi menjadi komponen-komponen yang lebih jelas.
Kemampuan ini dapat berupa :
1. Analisis
elemen/unsur (analisis bagian-bagian materi/membedakan)
Proses membedakan ini merupakan proses membedakan
bagian-bagian penyusun dari suatu kesatuan hal. Perbedaan tersebut dilakukan
berdasarkan tingkat relevasi dan tingkat pentingnya bagian-bagian tersebut.
Proses membedakan ini terjadi pada saat seorang siswa mampu memisahkan
informasi yang penting dan tidak penting.
2. Analisis
hubungan ( identifikasi hubungan/menghubungkan)
Proses ini terjadi pada saat seorang siswa mampu untuk
menegaskan sudut pandang, nilai-nilai dan maksud. Didalamnya, para siswa
menentukan maksu dari penulis materi yang diberikan kepda siswa tersebut
3. Analisis
pengorganisasian (identifikasi organisasi/mengorganisasikan)
Yang dimaksud mengorganisasikan adalah mengidentifikasi
elemen-elemen dari suatu bentuk komunikasi atau situasi dan mengenali hubungan
antar-elemen sehingga elemen tersebut dapat disusun menjadi suatu kesatuan
struktur yang koheren (berhubungan).
♦ C5 (Sintesis/Synthesis)
Pada jenjang ini, sintesis dimaknai sebagai kemampuan
memproduksi dan mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah struktur
yang unik. Kemampuan ini dapat berupa memproduksi komunikasi yang unik, rencana
atau kegiatan yang utuh. Di jenjang ini, peserta didik dituntut menghasilkan
hipotesis atau teorinya sendiri dengan memadukan berbagai ilmu dan pengetahuan.
Contoh: Mahasiswa dapat menyusun
rencana atau usulan penelitian dalam bidang yang diminati pada mata kuliah
Metodologi Penelitian.
♦ C6 (Evaluasi/Evaluation)
Pada
jenjang ini, evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal
untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas.Kegiatan ini
berkenaan dengan nilai suatu ide, kreasi, cara atau metode. Pada jenjang ini
seseorang dipandu untuk mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang lebih
baik, penerapan baru serta cara baru yang unik dalam analisis dan sintesis.Salah
satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu
menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang
berlaku disiplin dan dapat menunjukkan hal yang baik atau akibat-akibat negatif
yang akan menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga
pada akhirnya dapat di simpulkan penilaian, bahwa kedisiplinan merupakan hal
yang perlu ditanamkan dalam diri setiap orang dalam kehidupan sehari-hari.Menurut Bloom, ada 2 jenis
evaluasi yaitu :
a.
Evaluasi berdasarkan bukti internal
Suatu
evaluasi internal, yang diadakan secara internal oleh staf yang bekerja pada
program tersebut, biasanya berkembang secara alami. Tujuannya adalah untuk
mengumpulkan feedback pada aspek program yang tinjauan dan kemungkinan revisi
sedang berlangsung. Apa yang berjalan dengan baik dan apa yang tidak? Apakah
perlu perbaikan? Apakah perlu perbaikan di pertengahan keberlangsungan program
tersebut? Evaluasi pada umumnya tidak dimaksudkan untuk pihak luar;
bagaimanapun, evaluasi dapat berbagi dengan pihak luar sebagai cara demonstrasi
bahwa staf sekolahmenerapkan peraturan aktif dalam
mengevaluasi dan meningkatkan sekolah mereka sendiri. Evaluasi internal
dilaksanakan sendiri oleh pelaksana program di berbagai tingkatan seperti di
tingkat pusat, di tingkat propinsi, dan di tingkat kabupaten/kota.
b. Evaluasi berdasarkan bukti
eksternal
Evaluasi
eksternal adalah keputusan tentang penggantian, pemeriksaan, penghargaan, atau
keputusan. Evaluasi eksternal ini dapat dilakukan oleh berbagai pihak seperti:
Ø Tim evaluasi independen: perguruan tinggi, DPRD,
Bapeda, dan BIN pendidikan atau tim independen khusus yang ditunjuk oleh
pemerintah;
Ø Unsur masyarakat dari unsur dewan pendidikan maupun
organisasi masyarakat/kependidikan lainnya seperti unit-unit pengaduan masyarakat
yang terdapat di sekolah, kabupaten/kota, propinsi dan pusat.
2. Ranah Afektif
Ranah
afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi
serta derajat penerimaan atau penolakan suatu obyek dalam kegiatan belajar
mengajar. Kartwohl & Bloom (Dimyati
& Mudjiono, 1994;Syambasri Munaf, 2001) membagi ranah afektif menjadi 5
kategori yaitu :
♦ Receiving/Attending/Penerimaan
Kategori
ini merupakan tingkat afektif yang terendah yang meliputi penerimaan masalah,
situasi, gejala, nilai dan keyakinan secara pasif.Penerimaan adalah semacam kepekaan
dalam menerima rangsangan atau stimulasi dari luar yang datang pada diri
peserta didik.Hal ini dapat dicontohkan dengan sikap peserta didik ketika
mendengarkan penjelasan pendidik dengan seksama dimana mereka bersedia menerima
nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka danmereka memiliki kemauan untuk
menggabungkan diri atau mengidentifikasi diri dengan nilai itu.Contoh :
mendengar pendapat orang lain,mengingat nama seseorang.
♦ Responding/Menanggapi
Kategori
ini berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau merealisasikan
sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Atau dapat pula
dikatakan bahwa menanggapi adalah suatu sikap yang menunjukkan adanya
partisipasi aktif untuk mengikutsertakan dirinya dalam fenomena tertentu dan
membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hal ini dapat dicontohkan
dengan menyerahkan laporan tugas tepat pada waktunya.Contoh lain: berpartispasi
dalam diskusi kelas.
♦ Valuing/Penilaian
Kategori ini berkenaan dengan
memberikan nilai, penghargaan dan kepercayaan terhadap suatu gejala atau
stimulus tertentu. Peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan
akan tetapi berkemampuan pula untuk menilai fenomena itu baik atau buruk. Contoh
hasil belajar efektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada
diri peseta didik untuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di
tengah-tengah kehidupan masyarakat.
♦
Organization/Organisasi/Mengelola
Kategori
ini meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai, serta pemantapan
dan prioritas nilai yang telah dimiliki.Contoh nilai efektif jenjang
organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin nasional yang
telah dicanangkan oleh bapak presiden Soeharto pada peringatan hari kemerdekaan
nasional tahun 1995.
♦ Characterization/Karakteristik
Kategori
ini berkenaan dengan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya atau mengacu
kepada karakter dan daya hidup seseorang.Contoh hasil belajar afektif pada
jenjang ini adalah siswa telah memiliki kebulatan sikap disiplin, baik
kedisiplinan sekolah, dirumah maupun ditengah-tengan kehidupan masyarakat.
3.
Ranah Psikomotor
Ranah
ini meliputi kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan
serta kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik) yang terdiri dari
gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan,
keterampilan kompleks, serta ekspresif dan interpretatif.
Kategori yang termasuk dalam ranah
ini adalah:
♦ Meniru
Kategori
meniru ini merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan contoh yang
diamatinya walaupun belum dimengerti makna ataupun hakikatnya dari keterampilan
itu.Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
♦ Memanipulasi
Kategori ini merupakan kemampuan
dalam melakukan suatu tindakan serta memilih apa yang diperlukan dari apa yang
diajarkan. Pada tingkat ini seseorang dapat menampilkan sesuatu menurut
petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
♦ Pengalamiahan
Kategori
ini merupakan suatu penampilan tindakan dimana hal yang diajarkan dan dijadikan
sebagai contoh telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan yang ditampilkan
lebih meyakinkan.
♦ Artikulasi
Kategori
ini merupakan suatu tahap dimana seseorang dapat melakukan suatu keterampilan
yang lebih kompleks terutama yang berhubungan dengan gerakan interpretatif.
Pemikiran
Bloom di atas, tampak bahwa tujuan pembelajaran sebenarnya dapat mencakup
seluruh ranah perilaku individu.Artinya, tidak hanya sebatas pencapaian
perubahan perilaku kognitif atau intelektual semata, yang hingga ini tampaknya
masih bisa ditemukan dalam praktik pembelajaran di Indonesia. Meski
para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya
menunjuk pada esensi yang sama, bahwa: (1) tujuan pembelajaran adalah
tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran; (2) tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau
deskripsi yang spesifik.
BAB
III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Taksonomi
pada dasarnya merupakan usaha pengelompokan yang disusun dan diurut berdasarkan
ciri-ciri suatu bidang tertentu.Sebagai contoh, taksonomi dalam bidang ilmu
fisika menghasilkan pengelompokan benda kedalam benda cair, benda padat, dan
gas.Taksonomi tujuan pembelajaran adalah pengelompokan tujuan pembelajaran
dalam kawasan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Sehingga
sebagai seorang pendidik perlu memahami berbagai taksonomi tujuan untuk
memperoleh wawasan yang lebih luas tentang tujuan pembelajaran, dan dapat
memilih mana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diasuh dan kegiatan
pembelajaran yang dirancangnya.Agar tercapainya hasil yang baik dalam setiap
materi pelajaran yang ingin di capai.
B. SARAN
Pembaca
diharapakan mencari sumber lain untuk menambah materi dan wawasan yang
berkaitan dengan makalah ini.
Komentar
Posting Komentar