MAKALAH " NILAI-NILAI AKHLAK DALAM AL-QUR'AN"
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Al-qur’an merupakan kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai pedoman bagi manusia dalam menata
kehidupan, agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akherat. Konsep-konsep
yang di bawa al-qur’an selalu relavan dalam segala kondisi, zaman dan keadaan,
tentunya hal ini di karenakan al-qur’an adalah Hudallinass
(petunjuk bagi manusia).
Al- Qur’an diturunkan dalam qurun
waktu 23 tahun baik dalam periode Makkah atau Madinah merupakan sumber hukum
islam yang utama dan pertama dalam membicarakan segala permasalahan kehidupan
umat manusia. Dalam al-qur’an tidak saja dijelaskan permasalahan hablum
minnaallah, tetapi secara universal Al-qur’an juga membahas hubungan
antar sesama manusia (hablum minnanas).
Agama islam adalah agama yang
mementingkan akhlak dari masalah-masalah lain, karena Nabi Muhammad Saw di utus
ke dunia selain sebagai rahmat bagi seluruh alam juga untuk memperbaiki akhlak
umat manusia, yang pada zamannya telah mengalami dekadensi moral (kemrosotan
moral) yang sangat luar biasa. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami
akan membahas makalah dengan judul “Pendidikan Akhlak
Prespektif Al-Qur’an dan Hadits”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan wacana diatas maka kami
merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah
Pengertian Akhlak ?
2. Akhlak
dalam al-qur’an
3. Urgensi
Pendidikan Akhlak Dalam Kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Akhlak pada dasarnya melekat dalam
diri seseorang, bersatu dengan perilaku dan perbuatan.Jika perilaku yang
melekat itu buruk, di sebut akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah.Sebaliknya
apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah.
Kata akhlak merupakan bentuk jamak
dari kata khuluq, artinya tingkah laku, perangai, dan
tabiat.Sedangkan menurut istilah adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong
peerbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi.[1]
Akhlak secara
etimologi (arti bahasa) adalah berasal dari
kata khalaqa yang kata asalnya khuluqun, yang
berarti perangai, tabiat,dan adat selain itu, akhlak juga berasal dari
kata khaqun yang berarti kejadian, buatan dan ciptaan[2]. Jadi secara etimologi akhlak berarti
perangai, adat, tabiat, atau system perilaku yang dibuat
Akhlak secara terminologi berarti
tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk
melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan
bentuk jamak dari khuluk, berasal dari bahasa
arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kata Akhlak
diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi harus dilkukan secara
berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya
sewaktu-waktu saja[3]
Dalam encyclopedia
Britinicca, akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti
sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai
baik,buruk, seharusnya benar, salah dan sebagainya tentang prinsip umum dan
dapat diterapkan terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai
filsafat moral.
Dari pengertian-pengertian akhlak
yang berbeda-beda tersebut diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa akhlak
hakekatnya adalah perilak atau sifat yang tertanam dalam jiwa baik secara
fitrah ataupun dengan usaha, yang secara spontan akan melahirkan sikap terpuji
dan tercela.[4]
B. Akhlak
Dalam Konteks Al-Qur’an
Islam adalah agama yang sangat
mementingkan akhlak.Karena misi Nabi Muhammad SAW. Di utus ke dunia ini adalah
untuk memperbaiki akhlak pda zaman jahiliah yang sangat ‘semrawut’
tidak karuan hal ini di pertegas dalam hadist
“ Tidaklah aku di utus melainkan untuk
memperbaiki akhlak”
Prinsip akhlak dalam Islam terletak
pada al-qur’an .Akhlak islam terletak pada iman,
iman sebagai sebagai internal power yang di
miliki oleh setiap umat islam yang mengaku dirinya mukmin. Abu hurairah
meriwayatkan hadist dari Rasulullah SAW “ orang mukmin
yang paling sempurna imanya adalah yang terbaik akhlaknya, dan sebaik-baiknya
kami adalah yang paling baik dengan istrinya”.[5]
Al-qur’an menggambarkan bahwa setiap
orang yang beriman itu niscaya memiliki akhlak yang mulia, apabila diandaikan
ibarat pohon iman yang indah, tentunya ini sesuai dengan firman Allah Qs.
Ibrahim ayat 24
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ
مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا
فِي السَّمَاءِ
Artinya : Tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang
baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
Rasulullah sebagai Uswatun Hasanah, merupakan
panutan bagi umat islam seantero jagat ini, tentunya gelar ini tidak
semata-mata melekat karena kebetulan ataupun aji mumpung. Ketinggian akhlak
Rasulullah di abadikan dalam Al-Qur’an sebagai berikut : “ Akhlak
rasulullah adalah Al-qur’an”. Dan hal ini di perkuat dalam QS. Al-Ahzab
: 21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ
وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Akhlak Rasulullah merupakan akhlak yang tercermin dari
agama Hanifan Muslimin,[6]
Hal ini di jelaskan Allah dalam QS. Al-Mumtahanah ayat 4-6
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا
بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ
وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى
تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا قَوْلَ
إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ
مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ
الْمَصِيرُ(4)رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ
لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(5)لَقَدْ كَانَ لَكُمْ
فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ
وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
Terjemahan : “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang
baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka
berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan
dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah
nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai
kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya:
"Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat
menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata):
"Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada
Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali, "Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang
kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami.Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim
dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap
(pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian.Dan barang siapa yang
berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya lagi terpuji.”
Pada ayat diatas menjelaskan bahwa, bahwa dalam diri Nai
Ibrahim As, terdapat suri tauladan yang baik yang pantas di jadikan tauladan
yang baik ini tergambar di awal ayat : قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي
إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ
Terjemhan: “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang
baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia;
Nabi Muhammad merupakan sosok yang luhur budi pekertinya
karena di dasarkan atas aqidah yang kuat sehingga terbentuk akhlak yang agung.
Hal ini di jelaskan Allah dalam QS al qalam ayat 4
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung”
C. Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Islam
adalah agama Rahmatin Lil Alamin, keistimewaan
ajaran islam bukan saja terletak apada Aqidah, Ibadah, pola pikir.
Tetapi pancaran cahaya islam menerangi seluruh sendi sendi-sendi kehidupan baik
dalam rana lingkungan Allah dan manusia (hablum minnalllah) atau
rana muamalah (hablum minannas), serta hubungan antara mnusia dan alam
sekitar termasuk di dalamnya adalah makhluk ciptaan Allah selain
manusia.(hewan).
Pendidikan
akhlak adalah suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap umat manusia
kepada manusia lainnya, pertanyaanya bagaimana langkah-langkah pendidikan
akhlak yang harus di berikan kepada anak-anak kita, menurut hemat penulis
langkah-langkah yang hendaknya dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Internalisasi
iman
Internalisasi iman adalah usaha dari
pendidik dalam hal ini adalah orang tua menanamkan nilai-nilai keimanan pada
anaknya sejak usia dini. Pendidikan Islam merupakan kebutuhan manusia,
karena sebagai makhluk pedagosis manusia dilahirkan dengan membawa potensi
dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, pendidikan
usia dini merupakan pijakan pertama bagi manusia untuk dapat menentukan langkah
awal hidupnya.
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، وَيُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتَجُ البَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ» ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: اِقْرَأُوا اِن شِئْتُمْ :فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَ تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ القَيِّمُ
“Tidaklah seorang anak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah. Lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nashrani, dan Majusi, sebagaimana dilahirkannya binatang ternak dengan sempurna, apakah padanya terdapat telinga yang terpotong atau kecacatan lainnya?.Kemudian Abu Hurairoh membaca, Jika engkau mau hendaklah baca, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, Ibnu al-Mundzir, Ibnu Abu Hatim)
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، وَيُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتَجُ البَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ» ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: اِقْرَأُوا اِن شِئْتُمْ :فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَ تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ القَيِّمُ
“Tidaklah seorang anak dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah. Lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nashrani, dan Majusi, sebagaimana dilahirkannya binatang ternak dengan sempurna, apakah padanya terdapat telinga yang terpotong atau kecacatan lainnya?.Kemudian Abu Hurairoh membaca, Jika engkau mau hendaklah baca, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, Ibnu al-Mundzir, Ibnu Abu Hatim)
Hadits tersebut menyatakan dengan
tegas bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitra (suci) orang tuanyalah
yang akan menjadikannya baik, buruk, salah ataupun soleh. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan sebagai pendidik pertama dalam menanamkan nilai-nilai
keimanan adalah :
a. Membuka
kehidupan anak dengan kalimat tauhid La ilahaillallah
Sebagaimana yang di riwayatkan oleh
Al-hakim dari ibnu abas bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda
ﺍ
ﻔﺘﺤﻭ ﺍ ﻋﻠﻰ ﺼﺒﻴﺍ ﻨﻛﻢ ﺍ ﻭ ﻞ ﻜﻠﻤﺔ ﻻ ﺇ ﻟﻪ ﺇ ﻻ ﺍﻠﻟﻪ
Artinya : “bukakanlah untuk
anak-anak kalian pertama kalinya dengan kalimat la ilaha illahllah[7].
Manfaat dari perintah ini adalah
agar anak terbiasa mendengar kalimat-kalimat tauhid sejak dini, mengumandakan
azan sejak anak di lahirkan merupakan perbuatan sunnah, ini didasarkan atas
kisah rasulullah yang mengazani cucunya husen ketika lahir.
Pada saat anak memasuki usia tiga
sampai lima tahun, merupakan masa emas (golden age), penanaman keimanan
dilakukan dengan memberikan pemahaman kepada anak kita, sebagaimana lukman
mendidk anaknya. Allah mengabadikan pendidikan lukman terhadap naknya dalam
qur’an surat lukman ayat 13
b. Mengajarkan
Masalah Halal Dan Haram
Setelah mempekenalkan anak dengan
kalimat-kalimat tauhid maka selanjutnya adalah mengajarkan anak masalah halal
dan haram, hal ini dasarkan pada perkataan bijak sebagi berikut:
“Ajarkanlah mereka untuk taat
kepada Allah dan takut berbuat maksiat kepada-Nya, serta seruhlah anak-anak
kamu untuk mentaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan. Karena,
hal itu menjaga mereka dan kamu dari apa neraka[8].
Memperkenalkan halal dan haram sejak
usia dini berfaedah anak-anak dapat membuka mata atau mengetahui halal dan
haram, dan telah mengetahui perintah dan larangan dari Allah.
Fenomena yang terjadi saat ini
banyak anak-anak usia dini sudah bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat
syubhat. Beberapa waktu yang lalu di media masa TV kita dimanjakan dengan
suguhan fenomena anak usia tujuh tahun sudah pandai dan mahir mengisap rokok,
sebuah indikasi betapa lemahnya internalisasi iman di tengah masyarakat kita khususnya
di lingkungan keluarga. Fenomena tersebut tidak akan terjadi apabila dalam
keluarga ada rule of the game yang jelas dengan kata lain ada
aturan yang mengikat kita berupa norma agama yang mengikat seluruh komponen
keluarga.
c. Memerintahkannya
Untuk Ibadah Ketika Berusia Tujuh Tahun
Shalat adalah proses internalisasi
iman lewat badan kita. Artinya, orang yang melaksanakan shalat dalam arti lain,
dia tengah mengislamkan (memasrahkan) raganya menghadap hanya kepada
Allah.Shalat dengan berbagai tekniknya, membutuhkan tenaga dan gerak yang
sinergis dan simetris serta kolektif.
Karenanya, gerak tubuh yang tengah mengerjakan shalat dari ujung rambut hingga ujung kaki, terus-menerus menghadapkan dirinya hanya kepada Allah. Artinya, raga orang-orang muslim yang mengerjakan shalat berarti terus berlatih guna pasrah kepada Allah. Sebagaimana Lukamnul hakim seorang hamba sahaya memberikan kiat contoh konkret dalam mendidik anak dan Allah Swt, menegaskan dalam al-qur’an surat lukman ayat 17
Karenanya, gerak tubuh yang tengah mengerjakan shalat dari ujung rambut hingga ujung kaki, terus-menerus menghadapkan dirinya hanya kepada Allah. Artinya, raga orang-orang muslim yang mengerjakan shalat berarti terus berlatih guna pasrah kepada Allah. Sebagaimana Lukamnul hakim seorang hamba sahaya memberikan kiat contoh konkret dalam mendidik anak dan Allah Swt, menegaskan dalam al-qur’an surat lukman ayat 17
يَابُنَيَّ
أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ
عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Shalat adalah rukun islam yang kedua
setelah syahadat, shalat sangat begitu pentingnya sehingga
rasulullah mengatakan
“perintahkanlah anak-anakmu
untuk melaksanakan shalat pada usia tujuh tahun, dan d saat usia mereka 10
tahun, maka pukulah mereka jika tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah tempat
tidurnya”[9]
d. Mendidik
untuk cinta kepada Nabi, keluarganya dan cinta membaca al-qur’an
Nabi merupakan suri tauladan utama
Bagi umat islam, tingkah laku, tutur kata serta sifat-sifat yang di miliki
rasulullah adalah cerminan bagi kita dalam menanamkan nilai-nilai akhlak, oleh
karena itu mendidik anak –anak dengan menanamkan rasa cinta kita kepada nabi
merupkan kiniscayaan yang harus di lakukan. Rasuullah Saw bersabda :
“ Didiklah
anak-anak orang kamu atas tiga hal; mencintai nabi kamu, mencintai
ahli baitnya,dan membaca al-qur’an, karena orang yang mengamalkan
al-qur’an nanti akan mendapatkan naungan Allah pada hari tidak ada naungan
kecuali naungan dari Allah”
2. Lingkungan
Anak di lahirkan dalam keadaan
fitrah kesucian, namun fitrah tersebut terletak dalam lubuk jiwanya.(orang tua
ibu/bapak) dan lingkungan harus bisa mengembangkan dan menampakan
fitrah dalam dunia nyata. Dalam konteks ini hadist nabi sangat popular adalah :
“ Setiap anak dilahirkan
atas dasar fitrah, dan kedua orang tuanyalah yang menjadikan menyimpang dari
fitrah tersebut”[10]
Di sebabkan, peranan orang tua yang
sangat begitu besar, sehingga anak yang berakhlak mulia dapat menyeret orang
tuanya ke sorga dan begitu pula sebaliknya, anak yang memiliki akhlak
menyimpang dari akhlak islam mengakibatkan orang tuanya terseret di dalam
lembah kesengsaraan (neraka)
Anak bukanlah boneka atau bahkan
binatang, yang hanya di beri makan dan minum atau bermain dan tidur saja.
tapi anak adalah manusia yang mempunyai daya, cipta, rasa dan karsa
(potensi) yang memadai untuk di berdayakan sehingga anak-anak kita menjadi
genarasi yang berkualitas.
Rasulullah saw memberikan
penghormatan kepada anak-anak, bermain, memberikan salam dan berjabat tangan
dengan anak ini merupakan suatu pemupukan rasa percaya diri terhadap anak
sehingga anak tidak merasa dilecehkan atau di anak tirikan atas
perilaku-perilaku orang tuanya. Bahkan rasulullah sering bermain dengan
anak-anak, memperhatikan hal-hal terkecil dari kehidupan anak akan membawa efek
yang luar bisa kepada anak-anak.
Dalam konteks penghormatan kepada
anak dan pembinaan akhlak, rasulullah saw bersabda :
“ Allah merahmati seorang
ayah yang membantu anaknya untuk berbakti kepadanya: bagaimana cara
membantunya? Beliau menjawab “dia menerima sedikit darinya,.Memaafkan yang
menyulitkanny, tidak membebaninya, tidak pula memakinya, bantulah ank-anakmu
untuk berbakti. Siapa yang menghendaki di dapat melahirkan kedurhakaan melalui
anaknya”[11]. Dari hadist ini kita teringat sebuah
pesan yang sangat dahsyat :
Jika anak di salahkan, dia belajar
mencemooh
Jika anak di hina, dia hidup menjadi
penakut
Jika ia dipermalukan, ia selalu
merasa bersalah
Jika ia hidup dalam permusuhan, ia
belajar berkelahi.
Perhatian nabi terhadap
penghormatanya kepada anak-anak, menjadikan beliau mempercepat shalatnya hanya
untuk menghentikan tangis seorang anak atau juga memperlambat shalatnya hanya
demi seorang anak yang hendak naik di punggunnya. Dalam konteks “pemeliharaan”
akhlak anak rasulullah Saw pernah menegur seorang pengasuh yang merenggut
dengan kasar dari pankuan rasulullah, hanya karena anak tersebut “buang air
kecil”: beliau bersabda “Kencing yang membasahi bajuku ini dapat dibersihkan
dengan air, tetapi apa yang dapat menjernihkan kekeruhan hati anak ini dari
renggutanmu itu”
Pendidikan anak di lingkungan
keluarga merupakan pondasi awal penenaman sifat-sifat mulia dalam diri anak,
didiklah anak sesuai dengan perkembangan dunia anak bukan dengan prespektif
dunia orang dewasa.Kita tidak dapat menuntut anak-anak kita berakhlak mulia
tanpa menyiapkan lahan yang subur untuk menjadikannya untuk menampilkan akhlak
yang agung tersebut, perhatian orang tua, keluarga, linkungan yang baik dan
lingkungan yang sehat merupakan lahan subur tempat penanaman akhlak terhadap
anak kita.
3. Ruang
Lingkup Pendidikan Akhlak
Ajaran islam merupakan ajaran yang
melindungi seganap komponen kehidupan, islam mengatur hubungan antara hamba
dengan sang pencipta, manusia dengan manusia serta manusia dengan alam. Ketiga
komponen ini harus selaras seirama sesuai kapasitas dan tanggung jawabnya, akhlak
islam tidak menghendaki hanya berakhlak hanya pada sang penciptanya saja tapi
di sisi lain ia mengeksploitasi manusia dan alam sekitarnya. Islam menghendaki
keseimbangan hubungan antara Pencipta (tuhan) dengan hambanya, Manusia dan
manusia dan manusia dengan alam.
Ajaran islam menawarkan keselarasan
seabagaimana tergambar dalam gambar berikut, yang mengambarakan keselarasan dan
kesimbangan akhlak manusia.
gambar hubungan manusia, dengan
Allah serta Alam[12]
Ajaran islam Rahmatin Lil Alamin,
yang rahmat untuk seluruh komponen kehidupan ada di dunia ini, dalam
konteks ajaran islam Allah diposisikan sebagai puncak dari segalanya. Allah
sebagai tuhan yang menciptakan manusia dan alam. Allah swt menciptakan manusia
dalam dua kondisi yaitu ; pertama sebagai hamba dan ini ditegaskan Allah dalam
qur’an surat Ad-zariyat ayat 56. Kedua sebagai khalifah dan ini ditegaskan oleh
allah dalam qs. Al-Baqarah ayat 30.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ
إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
Posisi manusia sebagai hamba ini
mengindikasikan bahwa setiap perbuatan, usaha yang dilakukan oleh manusia maka
seharusnya harus di niatkan untuk mengabdi kepada Allah, jika ini dapat
dilaksanakan dengan baik maka, kehadiran allah dalam setiap langkah dan perbuatan manusia,
baik itu seorang presiden, gubernur, bupati, camat atau pun rakyat biasa, akan
selalu berusaha berbuat yang terbaik sesuai dengan kehendak tuannya
(Allah). Dengan demikian ibadah yang di maksud disini bukan semata-mata ibadah
mahdah tetapi seluruh aktivitas kita dari bangun tidur hingga kita tertidur
adalah merupakan aktivitas dalam rangka ibadahn guna mendekatkan diri kepada
allah (Ghaira mahda). Dan inilah merupakan cerminan yang seharusnya
ada dalam benak seluruh komponen umat manusia, memposisikan Allah sebagai
tuhan, dan manusia sebagai hamba, dalam kata lain bahwa dalam segala
aktivitas kita Allah selalu hadir.
Manusia merupakan makhluk yang
paling mulia diantara semua ciptaan allah, karena kemuliaannya inilah manusia
diangkat sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi. Keberadaan manusia sebagai
khalifah adalah tujuan manusia diciptakan di muka bumi.
Tugas manusia sebagai khalifah
merupakan amanah, manusia diberikan hak dan wewenang yang luas untuk mengatur
alam dan sekitarnya untuk kemaslahatan umat.Pada dasarnya alam tidak
membutuhkan manusia tapi manusialah yang membutuhkan alam oleh karena itu dalam
konteks ini manusia harus bijak dalam memanfaatkan alam. Bukan saja hanya
sekedar memanfaatkan tapi manusia harus bisa menjaga dan merawat
alam dengan baik.
Sumber daya alam yang ada saat ini,
hanya digunakan sebatas pemanfaatan sepihak oleh manusia, tapi substansi dari
pemanfaatan alam tersebut tidak tercermin dalam perilaku manusia
terhadap alam, hutan di tebang begitu saja tanpaadanya reboisasi, pengoboman ikan oleh para nelayan makin sering dilakukan oleh para
nelayan. Inilah yang mengakibatkan alam “marah” kepada manusia sehingga alam
menunjukan gejala-gejala lamnya berupa bencana yang tentunya segala bentuk
bencana alam merupakan rancangan Allah. Allah menegaskan
perilaku manusia yang secara berlebihan terhadap alam dengan kata lain
mengeksploitasi alam , sehingga allah memberikan penegasan yang sangat tegas
bahwea terjadinya kerusakan di muka bumi di darat dan di laut adalah merupakan ulah
dari manusia
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي
عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Akhlak dipahami sebagai kondisi
kejiwaan seseorang hamba yang dapat terwujud dalam akhlak karimah dan mazmumah,
baik dilakukan secara spontan, berkat latihan dan usaha dari manusia itiu
sendiri.Bentuk jamak pada kata akhlakmengisyaratkan banyak hal yang
dicakup olehnya. Secara garis besar dapat dikatakan bawa akhlak bukan saja
aktivitas yang berkiatan dengan hubungan antar manusia saja, tetapi juga
berhubungan dengan sang maha pencipta Allah, dengan lingkungan, dengan manusia
secara pribadi. Dan ini tersirat dalam sabda rasulullah saw, Innama’
Bu’istu li utammima Makarima Al-Akhlak)
Di samping itu, perlu juga
diingat bahwa islam tidak hanya menuntut pemeluknya untuk
bersikap baik terhadap pihak lain dalam bentuklahiriah, tetapi islam menekankan
bentuklahiriah sesuai dengan bentuk batiniah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan terjemhan Departemen Agama RI
Al
Munawar Said Agil. Al-Qur’an membangun tradisi kesalhen hakiki Ciputat Press
Anwar Rosihon, M. Yunus
Badrusalam, Saehudin. Pengantar Studi Islam. Pustaka Setia Bandung
Ahmad Mustafa Al- Maraghi.Tafsir Al-Marghi Juz 28. CV Toha
Putra Semarang
Hamka. Tafsir Al-Azhar Juz 28. Pustaka Panji Mas Jakarta
Imam Ghazali Mukhtasyar Ihya Ulumuddin. Keira Publishing
cetakan pertama thn 2014
Mukina’ah materi Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan
Tinggi Umum.Ar-Ruz Media. Jogyakarta cetakan pertama 2011
Nashih Ulwan Abdullah (mendidik anak dalam Islam/Tarbiyatul
aulad) Insan Kamil
Qardawi Yusuf Dr. Malamih Al-Mujtama’ Al- Muslim (Masyarakat
Berbasis Syariat Islam)Era Adi Citra Intermedia Solo 2013
Salim bahresy,said bahresy, terjemahan singkat tafsir Ibnu
Katsir Jilid 7. Bina Ilmu
http://beritaislam.mywapblog.com/pengertian-aqidah-secara-bahasa-dan-isti.xhtml
Komentar
Posting Komentar