MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN
MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah
PENGANTAR PENDIDIKAN
NAMA : SITI ERMI NATI
NIM : 1754042005
KELAS : A
PRODI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN
JURUSAN BAHASA ASING
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
AGUSTUS 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
dengan hati yang tulus iklas dan pikiran yang jernih atas kehadirat Allah SWT.
Karena dengan rahmat , dan hidayah-Nya ,Makalah ini dapat saya selesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhamad SAW. Beserta keluarga dan para
Sahabatnya sekalian, yang penuh dengan kesetian dan telah mengorbankan jiwa
raga maupun hartanya demi tegaknya syiar Islam yang pengaruh dan manfaatnya
masih dapat kita rasakan pada saat sekarang ini.
Makalah ini membahas tentang Landasan
Pendidikan.Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah
wawasan bagi yang membacanya.
Saran dan kritik
dari pembaca sangat diharapkan agar dalam pembuatan makalah berikutnya saya
dapat memperbaikinya. Saya harap para pembaca dapat memberikan saran, kritik
maupun koreksinya demi untuk menambah
wawasan saya dan dapat menjadi motivasi bagi saya untuk membuat makalah yang
lebih baik lagi. Terimakasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan sebagai usaha sadar
yang sistematik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan
sejumlah landasan dan asas-asas tertentu.Landasan dan asas tersebut sangat
penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia
dan masyarakat suatu bangsa tertentu.
Beberapa diantara landasan
pendidikan tersebut adalah landasan filosofi, sosiologis, dan kultural, yang
sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya
landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa
depan. Kajian berbagai landasan landasan pendidikan itu akan membentuk wawasan
yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan dan pendidikan yang tepat, serta
dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat
memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelenggarakan
program pendidikan yang tepat wawasan.
Makalah ini akan memusatkan
paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta beberapa hal yang
berkaitan dengan penerapannya. Landasan pendidikan tersebut adalah landasan
filosofis, sosiologis, cultural, psikologis, dan iptek. Sedangkan, asas-asas
pendidikan yang akan dikaji adalah Asas tut wuri handayani, asas belajar
sepanjang hidup, dan asas kemandirian dalam belajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan
masalah yang dapat diambil adalah:
1. Apakah yang dimaksud Landasan Pendidikan?
2. Apa sajakah landasan pendidikan?
3. Apakah yang dimaksud
asas-asas pendidikan?
4. Apa sajakah asas-asas Pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas dapat
dibuat tujuan masalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian
dari Landasan Pendidikan
2. Untuk mengetahui macam-macam
landasan pendidikan
3. Untuk mengetahui pengertian
dari asas-asas Pendidikan
4. Untuk mengetahui macam-macam
asas-asas pendidikan
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak
lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sehingga di zaman era globalisasi
ini setiap manusia membutuhkan pendidikan. Pendidikan adalah pilar kehidupan
suatu bangsa.
Semakin maju pendidikan suatu bangsa maka semakin cerah dan
terarah juga kesejahteraan masyarakat dari suatu bangsa itu sendiri. Dengan
begitu dapat juga sebagai pengontrol sejauh apa masyarakat dalam merencanakan
pelaksanaan pendidikan nasional.
Seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di
sekolah, perlu memiliki seperangkat ilmu tentang bagaimana ia harus mendidik
anak. Guru sebagai tenaga pendidik dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang
terjadi pada saat ini. Hilangnya sebagian pemahaman, tugas guru sebagai
pendidik yang tidak hanya menyampaikan pengetahuan semata kepada anak, akan
tetapi dapat mengembangkan kepribadian anak didiknya secara terstruktur.
Seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di sekolah, perlu
memiliki seperangkat ilmu tentang bagaimana ia harus mendidik anak. Guru bukan
hanya sekedar terampil dalam menyampaikan bahan ajar,
namun disamping itu ia juga harus mampu mengembangkan pribadi anak,
mengembangkan watak anak dan mengembangkan serta mempertajam hati nurani anak.
Dewasa ini ilmu mendidik anak (pedagogik) terus berkembang
sehingga diharapkan kompetensi sebagai guru semakin bertambah baik. Dalam
prosesnya seorang guru akan dituntut kompetensi pedagogiknya sebagaimana yang
tertulis dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
menyebutkan bahwa yang dimaksud ‘guru’ adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Kompetensi Pedagogik merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari empat kompetensi utama yang harus dimiliki seorang
guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Kompetensi Pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam mengelola proses
pembelajaran peserta didik.
Tim Direktorat Profesi Pendidik Dirjen Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (2006) telah merumuskan secara substantif
kompetensi pedagogik yang mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Dalam bahasa inggris istilah pendidikan dipergunakan perkataan
“education”, biasanya istilah tersebut dihubungkan dengan pendidikan di
sekolah, dengan alasan, bahwa di sekolah tempatnya anak didik oleh para ahli
yang khusus mengalami pendidikan dan latihan sebagai profesi. Selanjutnya makna
pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan pengertian secara
luas. Dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan yang diberikan oleh seorang dewasa kepada anak yang belum dewasa
untuk mencapai kedewasaannya.
Ahmadi dan Uhbiyati (1991) mengemukakan beberapa definisi
pendidikan sebagai berikut:
- Menurut Hoogeveld, mendidik adalah membantu anak supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.
- Menurut Prof. S. Brojonegoro, mendidik berarti member tuntutan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani.
- Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Jadi, pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai
usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya. Setelah anak menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka
pendidikan dianggap selesai. Pendidikan dalam arti khusus ini
menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga.
menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga.
Hal tersebut lebih jelas dikemukakan oleh drijarkara
(Ahmadi, Uhbiyati: 1991), bahwa:
- Pendidikan adalah hidup bersama dalam keatuan tritunggal ayah-ibu-anak, di mana terjadi pemanusiaan anak. Dia berproses untuk memanusiakan sendiri sebagai manusia purnawa.
- Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, di mana terjadi pembudayaan anak. Dia berproses untuk akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai manusia purnawa.
- Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, di mana terjadi pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bias membudaya sendiri sebagai manusia purnawa.
Jadi yang menjadi objek kajian pedagogik adalah pergaulan
pendidikan antara orang dewasa dengan anak yang belum dewasa, menurut Langeveld
disebut “situasi pendidikan”. Jadi proses pendidikan menurut pedagogik
berlangsung sejak anak lahir sampai anak mencapai dewasa. Pendidik dalam hal
ini bisa orang tua dan/atau guru yang fungsinya sebagai pengganti orang tua,
membimbing anak yang belum dewasa mengantarkannya untuk dapat hidup mandiri,
agar anak dapat menjadi dirinya sendiri.
BAB 111
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Landasan Pendidikan
Secara leksikal, landasan
berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan merupakan tempat
bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau dasar
pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat
pula bersifat konseptual (contoh: landasan pendidikan). Landasan yang bersifat
koseptual identik dengan asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan menjadi
tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua
sudut pandang, pertama dari sudut praktek sehingga kita mengenal istilah
praktek pendidikan, dan kedua dari sudut studi sehingga kita kenal istilah
studi pendidikan.
Praktek pendidikan adalah
kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam membantu individu
atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pedidikan.Kegiatan bantuan dalam
praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan (makro maupun mikro),
dan dapat berupa kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran dan atau
latihan).Studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam
rangka memahami pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi
dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau
studi pendidikan.
B.
Macam-macam Landasan pendidikan
1.
Landasan
Filosofis.
Landasan Filosofis merupakan
landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha
menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu, mengapa
pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan
sebagainya.
Landasan filosofis adalah landasan yang
berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat, falsafah). Kata filsafat
(philosophy) bersumber dari bahasaYunani, philein berarti mencintai, dan sophos
atau sophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu
secara radikal, menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-kosnsepsi
mengenai kehidupan dan dunia. Konsepsi-konsepsi silosofis tentang kehidupan
manusia dan dunianya pada umumnya bersumber dari dua faktor, yaitu:
- Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan
- Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada dianatara keduanya: Kawasannya seluas religi, namun lebih dekat dengan ilmu pengetahuan karena filsafat
- timbul dari keraguan dan karena mengandalkan akal manusia (Redja Mudyahardjo, et.al., 1992: 126-134.)
Tinjauan filosofis tentang sesuatu, termasuk
pendidikan, berarti berpikir bebas serta merentang pikiran sampai
sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah filsafat dapat dalam dua
pendekatan, yakni:
- Filsafat sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta sangat bermanfaat dalam memberi makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
- Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistemology (tentang benar dan salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan jelek), metafisika (tentang hakikat yang “ada”, termasuk akal itu sendiri), serta social dan politik (filsafat pemerintahan).
- Kajian-kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat (logika, epistemology, etika, dan estetika, metafisika dan lain-lain) akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan, karena prinsip-prinsip dan kebenaran-kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan. Peranan filsafat dalam bidang pendidikan tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang:
- Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai mahluk didunia ini, seperti yang disimpulkan sebagai zoon politicon, homo sapiens, animal educandum, dan sebagainya.
- Masyarakat dan kebudayaannya.
- Keterbatasan manusia sebagai mahluk hidup yang banyak menghadapi tantangan; dan
- Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan (Wayan Ardhana, 1986: Modul1/9).
Hasil-hasil kajian filsafat tersebut, utamnya
tentang konsepsi manusia dan dunianya, sangat besar pengaruhnya terhadap
pendidikan. Beberapa aliran filsafat yaitu sebagai berikut:
1.
Naturalisme
2.
Idealisme
3.
Pragmatisme
Naturalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap segala kenyataan
yang bisa ditangkap oleh panca indera sebagai kebenaran yang sebenarnya. Aliran
ini biasa pula diberi nama yang berbeda sesuai dengan variasi penekanan
konsepsinya tentang manusia dan dunianya.
Idealisme Berbeda dengan aliran diatas, menegaskan bahwa hakikat
kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap kebenaran
realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide sebagai kebenaran bersifat
spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan itulah sebagai kebenaran
atau nilai sejati yang absolute dan abadi.
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mengemukakan bahwa segala
sesuatu harus dinilai dari segi nilai kegunaan praktis; dengan kata lain, paham
ini menyatakan yang berfaedah itu harus benar, atau ukuran kebenaran didasarkan
pada kemanfaatan dari sesuatu itu harus benar. Atau ukuran kebenaran didasarkan
kepada kemanfaatan dari sesuatu itu kepada manusia (Abu Hanifah, 1950: 136).
John Dewey (dari Redja Mudyahardjo, et. Al., 1992: 144), salah seorang tokoh
pragmatisme, mengemukakan bahwa penerapan konsep pragmatisme secara
eksperimental melalui lima tahap:
Situasi tak tentu (indeterminate situation),
yakni timbulnya situasi ketegangan didalam pengalaman yang perlu dijabarkan
secara spesifik.
Diagnosi, yakni mempertajam masalah termasuk
perkiraan factor penyebabnya.
Hipotesis, yakni penemuan gagasan yang
diperkiarakan dapat mengatasi masalah.
Pengujian hipotesis, yakni pelaksanaan
berbagai hipotesis dan membandingkan hasilnya serta implikasinya masing-masing
jika dipraktekkan
Evaluasi, yakni mempertimbangkan hasilnya
setelah hipotesis terbaik dilaksanakan.
Oleh karena itu, bagi paragtisme, pendidikan
adalah suatu proses eksperimental dan metode mengajar yang penting adalah
metode pemecahan masalah. Pengaruh aliran paragtisme tersebut bahkan terwujud
dalam gerakan pendidikan progresif atau progresivisme sebagai bagian dari suatu
gerakan reformasi sosiopolitik pada akhir abad XIX dan awal abad XX di Amerika
Serikat. Progresivisme menentang pendidikan tradisionalis serta mengembangkan
teori pendidikan dengan prinsip-prinsip antara lain:
- Anak harus bebas agar dapat berkembang wajar.
- Menumbuhkan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.
- Guru harus menjadi peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
- Harus ada kerja sama sekolah dan rumah.
- Sekolah progresif harus merupakan suatu laboraturium untuk melakukan eksperimentasi (Wayan Ardhana, 1986: 16-17)
Selanjutnya perlu dikemukakan secara ringkas
empat mazhab filsafat pendidikan yang besar pengaruhnya dalam pemikiran dan
penyelenggaraan pendidikan. Keempat mazhab filsafat pendidikan itu (Redja
Mudyahardjo, et. Al., 1992: 144-150; Wayan Ardhana, 1986 :14-18) adalah:
Esensialisme.
Esensialisme merupakan mazhab filsafat
pendidikan yang menerapkan prinsip idealisme dan realisme secara eklektis.
Berdasarkan eklektisisme tersebut maka esensialisme tersebut menitikberatkan
penerapan prinsip idealisme atau realisme dengan tidak meleburkan
prinsip-prinsipnya. Filsafat idealisme memberikan dasar tinjauan yang
realistic. Matematika yang sangat diutamakan idealisme, juga penting artinya
bagi filsafat realism, karena matematika adalah alat menghitung penjumlahan
dari apa-apa yang riil, materiil dan nyata.
Menurut Mazhab ensesialisme,
yang termasuk the liberalarts, yaitu:
- Penguasaan bahasa termasuk retorika
- Gramatika
- Kesusateraan
- Filsafat
- Ilmu kealaman
- Matematika
- Sejarah
- Seni keindahan (fine arts)
Perenialisme
Ada persama antara perenialisme dan
esensialisme, yakni keduanya membela kurikulum tradisional yang berpusat pada
mata pelajaran yang pokok-pokok (subject centered). Perbedaannya ialah
perenialisme menekankan keabadian teori kehikamatan, yaitu:
- Pengetahuan yang benar (truth)
- Keindahan (beauty)
- Kecintaan kepada kebaikan (goodness)
Oleh karena itu, dinamakan perenialisme karena
kurikulumnya berisi materi yang konstan atau perennial. Prinsip pendidikan
antara lain:
- Konsep pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah.
- Inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan mahluk manusia yang unik, yaitu kemampuan berpikir.
- Tujuan belajar ialah mengenal kebenaran abadi dan universal.
- Pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya.
- Kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar (basic subjects)
Pragmatisme
dan Progresivisme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang
memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan,
aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
Progresivisme yaitu perubahan untuk maju.
Manusia akan mengalami perkembangan apabila berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya berdasarkan pemikiran. Progresivisme atau gerakan pendidikan
progresif mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa
prinsip, antara lain sebagai berikut:
1). Anak harus bebas
untuk dapat berkembang secara wajar
2). Pengalaman langsung
merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar.
3). Guru harus menjadi
seorang peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
4). Sekolah progresif
harus merupakan sebuah laboratorium untuk melakukan reformasi pedagogis dan
ekperimentasi.
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionalisme adalah suatu kelanjutan
yang logis dari cara berpikir progresif dalam pendidikan. Individu tidak hanya
belajar tentang pengalaman-pengalaman kemasyarakatan masa kini disekolah, tapi
haruslah memelopori masyarakat kearah masyarakat baru yang diinginkan. Dan
dalam pengertian lain. Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan
yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan
masyarakat.
2. Landasan Sosiologis
Manusia yang hidup
berkelompok, sesuatu yang terjadi dengan yang lain sama halnya hewan,tetapi
pengelompokan pada manusia lebih rumit dari pada hewan.pada wayan Ardhan hidup berkelompok
pada hewan memiliki ciri:
1. Pembagian pada anggotanya.
2. Ketergantungan pada anggota
3. Ada kerjasama anggota
4. Komunikasi antar anggota
Dan adanya diskrimunasi antara individu satu
dengan yang lain dalam kelompok 1.
a. Pengertian tentang landasan
sosiologi
Dimana suatu proses interaksi
antar dua individu,bahkan dua generasi dan memungkinkan generasi muda untuk
mengembangkan diri.sehingga melahirkan cabang cabang sosiologi antara lain
sosiologi pendidikan dan ruang lingkup yang di pelajari antara lain:
1) Hubungan pendidikan dengan
aspek masyarakat lain,yang mempelajari:
- Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
- Hubungan sisitem pendidikan dan proses kontrol sosial dengan sistem kekuasaan lain
- Fungsi pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan kebudayaan
- Hubungan antar kelas sosial
- Fungsional pendidikan formal yang mencakup hubungan dengan ras,kebudayaam dan kelompok kelompok dalam masyarakat
2) Hubungan kemanusiaan di
sekolah yang meliputi:
- Sifat kebudayaan dalam sekolah yang khusus dan berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
- Pola interaksi dan struktur masyarakat sekolah
3) Pengaruh sekolah pada
perilaku anggotanya,yang mempelajari:
- Peranan sosial guru
- Sifat kepribadian guru
- Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku sisiwa
- Fungsi sosial sekolah pada sosialisasi anak anak.
4) Sekolah dalam komunitas,mempelajari
pola interaksi antara sekolah dalam komunitasnya yang meliputi:
- Pelukisan komunitas sekolah sepertti tampaknya dalam prganisasi sekolah.
- Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak pada kaum sosila tak terpelajar
- Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi pendidikannya
- Faktor faktor demografi dan ekologi dalam organisasi sekolah
- Dalam keempat nidang di atas yang di pelajari untuk memahami pendidikan dalam masyarakat menurut Wayan ardhan.
b. Masyarakat indonesia sebagai landasan
sosiologi sistem pendidikan nasional (sisdiknas)
Masyarakat sebagai kesatuan
hidup memiliki ciri utama anatara lain:
1. Adanya interaksi antar warga warganya
2. Pola tingkah laku yang diatur adat
istiadat,hukum dan norma yang berlaku
3. Adanya rasa identitas yang mengikat pada
warganya.
3. Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan
mempunyai hubungan timbal balik, sehingga kebudayaan dapat
dilestarikan/dikembang dengan jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke
generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupan formal.
a. Pengertian tentang
Landasan Kultural
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia
beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan, dan
dalam belajar arti luas dapat berwujud:
Ideal seperti ide, gagasan, nilai dan
sebagainya.
Kegiatan yang berpola dari manusia dalam
masyarakat, dan
Fisik yakni benda hasil karya manusia
b. Kebudayaan Nasional
sebagai Landasan Sisitem Pendidikan Nasional
Seperti yang di kemukakakan sisdiknas, yaitu
pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia, dimana kehidupan
masyarakat indonesia yang majemuk dan akan kaya kebudayaannya dan
keberadaan semua itu semakin kukuh. Oleh karena itu, kebudayaan nasional
haruslah dipandang dalam latar perkembangan yang dinamis, seiring dengan
semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan asas Bhinneka
Tunggal Ika.
4. Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan
aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu
landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis
dari pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya
tentang proses perkembangan dan proses belajar.
a. Pengertian Landasan
Psiklogis
Pemahaman peserta didik
utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan faktor keberhasilan
untuk pendididkan. Dalam maksud itu, Psikologi menyediakan sejumlah
informasi/kebutuhan tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta
gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi.
Seperti di kemukakakn teori A.maslow kategori
kebutuhan menjadi enam kategori meliputi:
- Kebutuhan fisiologis: kebutuhan memmpertahankan hidup (makan, tidur, istrahat dan sebagainya)
- Kebutuhan rasa aman: kebutuhan terus nenerus merasa aman dan bebasdari ketakutan
- Kebutuhan akan cinta dan pengakuan:kebutuhan rasa kasih sayang dalam kelompok
- Kebutuhan akan alkuturasi diri:kebutuhan akan potensi potensi yang di miliki
- Kebutuhan untuk mengetahui dan di pahami:kebutuhan akan berkaitan dengan penguasaan iptek
b. Perkembangan peserta
didik sebagai landasan psikologis
Perkembangan manusia
berlangsung sejak konsepsi (pertemuan ovum dan sperma) sampai saat kematian,
sebagai perubahan maju (progresif) ataupun kadang-kadang kemunduran (regresif).
Salah satu aspek dari pengembangan manusia
seutuhnya adalah yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian, utamanya agar
dapat diwujudkan kepribadian yang mantap dan mandiri. Meskipun terdapat variasi
pendapat, namun dapat dikemukakan beberapa prinsip umum kepribadian. Disebut
sebagai prinsip prinsip umum karena:
Prinsip tersebut yang
dikemukakan dengan variasi tertentu dalam berbagai teori
kepribadian. Prinsip itu akan tampak bervariasi pada kepribadian manusia
tertentu (sebab: kepribadian itu unik) Terdapat dua hal kepribadian yang
penting di tinjau dari konteks perkembangan kepribadian, yakni:
- Terintegrasinya seluruh komponen ke dalam struktur yang teroganisir secara sistematik.
- Terjadi tingkah laku yang konsisiten dalam menghadapi lingkungan.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis
Seperti yang kita ketahui,
iptek menjadi bagian utama dalam isi pengajaran; dengan kata lain, pendidikan
sangat berperan penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek.
1. Pengertian
tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Terdapat beberapa istilah yang perlu dikaji
agar jelas makna dan kedudukan masing-masing yakni pengetahuan, ilmu
pengetahuan, teknologi. Pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuatu yang
diperoleh melalui berbagai cara pengindraan terhadap fakta, penalaran (rasio),
intuisi, dan wahyu.
2. Perkembangan
Iptek sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil dari usaha
manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai pada
permulaan kehidupan manusia. Bukti historis menunjukkan bahwa usaha mula bidang
keilmuan yang tercatat adalah oleh bangsa Mesir purba, dimana banjir tahunan
sungai Nil menyebabkan berkembangnya system almanac, geometri dan kegiatan
survey.
C. Pengertian
Asas-asas Pendidikan
Asas-asas pendidikan merupakan
suatu kebenaran menjadi dasar atau tumpukan berpikir, baik pada tahap
perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan
adalah bahwa manusia itu dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri.
Diantara asas-asas tersebut adalah Asas tut wuri handayani, asas belajar
sepanjang hidup, dan asas kemandirian dalam belajar.
D. Macam-macam
Asas Pendidikan
Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, Tut Wuri Handayani
merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki
Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan
menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarsa Sung Sung Tulada dan Ing Madya
Mangun Karsa.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu
menjadi satu kesatuan asas yaitu:
- Ing Ngarsa Sung Tulada ( jika di depan menjadi contoh).
- Ing Madya Mangun Karsa (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan membangkitkan semangat).
- Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan/mengikuti dengan awas).
Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long
learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur
hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan
diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan
horisontal.
Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah
meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan
keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah
yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di
luar sekolah.
Asas Kemandirian dalam Belajar
Baik asas tut wuri handayani maupun belajar
sepanjang hayat secara langsung erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam
belajar. Asas tut wuri handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan
siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar.
Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat
hanya dapat diwujudkan apa bila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau
dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah tidak mungkin seseorang belajar
sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru ataupun orang
lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan
mampu menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator,
disamping peran-peran lain: informator, organisator dan sebagainya. Sebagai
fasilitator guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar
sedemikian sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber
tersebut. Sedangkan sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa
peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar itu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak
segera tampak. Diperlukan satu generasi untuk melihat suatu akhir dari
pendidikan itu. Oleh karena itu ,apabila terjadi suatu kekeliruan yang berakibat
kegagalan, pada umumnya sudah terlambat untuk memperbaikinya. Kenyataan ini
menuntut agar pendidikan itu dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan
memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan.
B.
Saran
Teruslah membaca karena dengan membaca
kita menemukan kunci Kesuksesan. Demikian makalah yang di buat semoga
bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
http ://udinzrawk17.com/12/landasan pendidikan.html?m:1
Komentar
Posting Komentar