MAKALAH "ALIRAN KLASIK & ALIRAN BARU"


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pengantar pendidikan sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai tugas mata kuliah “Pengantar Pendidikan”.Dalam makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunannya, namun penulis menyadari bahwa pastilah masih ada bnayak kekurangan yang tedapat dalam makalah ini.Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran guna menyempurnakan makalah ini.




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
            Meningat pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia, Negara, maupun pemerintah, maka pendidikan harus selalu di tumbuh kembangkan secara sistematis oleh para pengambil kebijaksanaan yang berwenang di republik ini.Berangkat dari kerangka ini, maka upaya pendidikan disuatu bangsa selalu memiliki hubungan dengan yang siknifikan dengan rekayasa bangsa tersebut di masa datang, Sebab pendidikan selalu dihadapkan pada perubahan baik perubahan zaman maupun perubahan masyarakat. Oleh karena itu, mau tidak mau pendidikan harus didesain mengikuti irama perubahan tersebut, kalau tidak pendidikan akan ketinggalan zaman.
            Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kulitas hidup mnusia dalam segala aspek kehidupan manusia. Dalam sejarah umat manuisa, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunkan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan meningkatkan kulitasnya, sekalipun dalam masyarakat yang masih terbelakang.
            Secara umum, pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina ke-pribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan budaya masyarakat. Bagaimna pun sederhananya peradaban suatu masayarakat, di dalamnya pasti berlangsung suatu proses pendidikan, sehingga sering dikatakan bahwa pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia (Samad, 2013). Proses pendidikan berada dan berkembang bersama perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya merupakan proses yang sati (Nanuru, 2013).
            Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme, naturalism, dan konvergensi.Sampai saat ini aliran-aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan pengembangan zaman.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu aliran klasik ?
2.      Apa itu aliran baru ?




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Helvatus ahli filsafat Yunani  yang berpendapat, bahwa manusia dilahirkan dengan jiwa dan watak yang hampir sama yaitu suci dan bersih. Pendidikan dan lingkungan yang akan membuat manusia berbeda-beda (Djumransjah, 2004).
Aliran nativisme mengesampingkan peranan lingkungan social, pembinaan dan pendidikan.Aliran nativisme ini nampaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam diri manusia dan aliran ini erat kaitannya dengan aliran intulisme dalam penentuan baik dan buruk manusia. Aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang memperhitungkan peran pembinaan dan pendidikan (Nata, 2002)
Menurut Ilyas (1997) naturalisme berpendapat bahwa pada hakekatnya semua anak manusia adalah baik pada waktu dilahirkan yaitu dari sejak tangan sang pencipta, tetapi akhirnya rusak sewaktu berada di tangan manusia.Banyak bukti yang menunjukkan, bahwa watak dan bakat seseorang yang tidak sama dengan orang tuanya itu, setelah ditelusuri ternyata waktu dan bakat orang tersebut sama dengan kakek atau ayah/ibu kakeknya.


BAB III
PEMBAHASAN
A.    Aliran Klasik dan Gerakan Baru dalam Pendidikan
Pemikiran-pemikiran tentang pendidikan yang telah dimulai pada zaman Yunani Kuno, dengan kondtribusi berbagai bagian dunia lainnya, akhirnya berkembang dengan pesat di Eropa dan Amerika Serikat.Oleh karena itu, baik aliran-aliran klasik maupun gerakan-gerakan baru dalam pendidikan pada umumnya berasal dari kedua kawasan itu. Pemikiran-pemikiran itu tersebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, dengan berbagai cara, seperti : dibawa oleh bangsa penjajah ke daerah jajahannya, melalui bacaan (buku dan sejenisnya), dibawa oleh orang-orang yang belajar ke Eropa/Amerika Serikat, dan sebagainya. Penyebaran itu menyebabkan pemikiran-pemikiran dari kedua kawasan itu pada umumnya menjadi acuan dalam penetapan kebijakan di  bidang pendidikan di berbagai Negara.
B.     Aliran Klasik Pendidikan
            Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi.Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

1.      Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan.Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan.Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan.Tokoh perintisnya adalah John Locke.Selain Locke, terdapat juga ahli pendidikan yang mempunyai pandangan hampir sama, yaitu Helvatus ahli filsafat Yunani  yang berpendapat, bahwa manusia dilahirkan dengan jiwa dan watak yang hampir sama yaitu suci dan bersih. Pendidikan dan lingkungan yang akan membuat manusia berbeda-beda (Djumransjah, 2004).
              Locke memandang bahwa anak yang dilahirkan itu ibaratnya meja lilin putih bersih yang masih kosong belum terisi tulisan apa-apa, karenanya aliran atau teori ini disebut juga Tabularasa, yang berarti meja lilin putih.Masa perkembangan anak menjadi dewasa itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan atau pengalaman dan pendidikan yang menurut kehendak lingkungan (dalam arti luas) pengalaman dari lingkungan itulah yang menentukan pribadi seseorang (Ahmad & Uhbiyati, 1991; Thoib 2008).
2.      Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak.Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran.
        Apabila seorang anak berbakat jahat, maka ia akan menjadi jahat, begitu pula sebaliknya. Apabila seorang anak mempunyai potensi intelektual rendah maka akan tetap rendah (Djumransjah, 2004). Pandangan tersebut dikenal upaya dan hasil pendidikan.Aliran nativisme mengesampingkan peranan lingkungan social, pembinaan dan pendidikan.Aliran nativisme ini nampaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam diri manusia dan aliran ini erat kaitannya dengan aliran intulisme dalam penentuan baik dan buruk manusia.Aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang memperhitungkan peran pembinaan dan pendidikan (Nata, 2002).Nativisme menganggap pendidikan dan lingkungan boleh dikatakan tidak berarti, tidak mempengaruhi perkembangan anak didik, kecuali hanya sebagai wadah dan memberikan rangsangan saja.
3.      Aliran Naturalisme
Natur atau natura artinya alam, atau apa yang dibawa sejak lahir. Aliran ini ada persamaannya dengan aliran nativisme (beberapa ahli menyebut dengan istilah “sama”, “hampir sama” dan “senada”). Istilah natura telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, dari total dari fenomena ruang dan waktu.
Aliran ini dipelopori oleh Jean.Jaquest Rosseau.Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu.
        Menurut Ilyas (1997) naturalisme berpendapat bahwa pada hakekatnya semua anak manusia adalah baik pada waktu dilahirkan yaitu dari sejak tangan sang pencipta, tetapi akhirnya rusak sewaktu berada di tangan manusia. Oleh karena itu, Rousseau menciptakan konsep pendidikan alam, artinya anak hendaklah dibiarkan tumbuh san berkembang sendiri menurut alamnya, manusia jangan banyak mencampurinya.Rousseau juga berpendapat bahwa jika anak pendidik tidak perlu untuk memberikan hukuman, biarlah alam yang menghukumnya. Jika seorang anak bermain pisau, atau bermain api kemudian terbakar atau tersayat tangannya, atau bermain air kemudian ia gatal-gatal atau masuk angina. Ini adalah bentuk hukuman alam.Biarlah anak itu merasakan sendiri akibatnya yang sewajarnya dari perbuatannya itu yang nantinya menjadi insaf dengan sendirinya.
4.      Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh William Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu, demikian juga sebaliknya. Potensi yang ada pada pembawaan dari seorang anak akan berkembang ketika mendapat pendidikan dan pengalaman dari lingkungan. Sedangkan secara psikis untuk mengetahui potensi yang ada pada anak didik yaitu dengan cara melihat potensi yang dimunculkan pada anak tersebut. Pembawaan yang disertai disposisi telah ada pada anak masing-masing individu yang membutuhkan tempat untuk merealisasikan dan mengembangkannya.Pada dasarnya pembawaan adalah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu individu dan ayang selama masa perkembagannya benar-benar dapat direalisasikan.
        Banyak bukti yang menunjukkan, bahwa watak dan bakat seseorang yang tidak sama dengan orang tuanya itu, setelah ditelusuri ternyata waktu dan bakat orang tersebut sama dengan kakek atau ayah/ibu kakeknya. Dengan demikian, tidak semua bakat dan watak seseorang dapat diturunkan langsung kepada anak-anaknya, tetapi mungkin kepada cucunya atau anak-anaknya cucunya.Alhasil, bakat dan watak dapat tersembunyi sampai beberapa generasi (Syah, 2002).
C.    Gerakan Baru Pendidikan
        Gerakan baru dalam paendidikan pada umumnyatermasuk yang kedua yakni upaya peningkatan pendidikan hanya dalam satu atau beberapa komponen saja. Beberapa gerakan baru tersebut memusatkan diri pada perbaikan peningkatan kualitas belajar mengajar pada sistem persekolahan, seperti pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja dan pengajaran proyek
1.      Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar,perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Voll Leven.
        Pada dasarnya, banyak faktor yang memmpengaruhi sistem pendidikan baik faktor yang berasal dari dalam maupun luar.Secara makro, faktor dari luar merupakan sistem yang berada di luar pendidikan, antara lain ideology, ekonomi, politik, social, budaya, lingkungan alam, dan lain-lain.Faktor itu saling berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan sistem pendidkan. Dengan demikian, pendidikan akan dipengaruhi oleh bahkan berinteraksi dengan lingkungan sosial maupun lingkungan alam dalam ekosistem yang lebih luas. Konsep ini mengarahkan pada pemahaman dan pembahasan pendidikan dilihat dalam perspektif ekologi.
2.      Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat minat, disamping pendapatnya tentang pengajaran global.
Penelitian secara tekun yang dilakukan Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yang merupaka dua hal yang khas, yaitu :
a)      Metode global (keseluruhan)
Bedasarkan observasi dan tes, ia berpandangan bahwa anak-anak mengamati dan mengingat secara global (keselurahan). Mengingat keseluruhan lebih dulu dari pada bagian-bagian.Jadi ini berdasar atas prinsip psikologi Gestalt.Dalam mengajarkan membaca dan menulis, ternyata dengan mengajarkan kalimat lebih mudah diajarkan daripada mengajarkan huruf-huruf secara tersendiri.Metode ini bersifat video visual sebab arti kata yang diajarkan itu selalu diasosiasikan dengan tanda (tulisan) atau suatu gambar yang dapat dilihat.
b)      Centre d’internet (pusat-pusat minat).
Berdasarkan penyelidikan psikologik, ia menetapkan bahwa anak-ana mempunyai minat yang spontan (sewajarnya). Pengajaran harus disesuaikan dengan minat-minat spontan tersebut. Sebab apabila tidak, yaitu misalnya minat yang ditimbulkan oleh guru, maka pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya. Anak mempunyai minat-minat spontan terhadap diri sendiri dan terhadap masyarakat (biososial). Minat terhadap diri sendiri itu dapat kita bedakan menjadi :
1.      Dorongan mempertahankan diri,
2.      Dorongan mencari makan dan minum dan
3.      Dorongan memelihara diri.
Sedangkan minat terhadap masyakat ialah :
1.      Dorongan sibuk bermain-main
2.      Dorongan meniru orang lain.
Dorongan-dorongan inilah yang digunakan sebagai pusat-pusat minat.Sedangkan pendidikan dan pengajaran harus selalu dihubungkan dengan pusat-pusat minat tersebut.
                        Asas-asas pengajaran pusat perhatian adalah sebagai berikut :
a.       Pengajaran ini didasarkan atas kebutuhan anak dalam hidup dan perkembangannya
b.      Setiap beban pengajaran harus merupakan keseluruhan, tidak mementingkan keberartian dari keseluruhan ikatan bagian itu.
c.       Anak didorong dan dirangsang untuk selalu aktif dan dididik untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab.
d.      Harus ada hubungan kerjasama yang erat antara rumah dan keluarga.
            Gerakan pengajaran pusat perhatian telah mendorong berbagai upaya agar dalam kegiatan belajar mengajar diadakan berbagai variasi (cara mengajar dan lain-lain) agar perhatian siswa tetap terpusat pada bahan ajaran. Dengan kemajuan teknologi pengajaran, peluang mengadakan variasi tersebut menjadi terbuka lebar, dan dengan demikian upaya menarik minat menjadi lebih besar. Pemusatan perhatian dalam pengajaran biasanya dilakukan bukan hanya pada pembukaan pengajaran, tetapi juga pada setiap kali akan membahas sub topik yang baru.
3.    Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan.J.A. Comenius menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan.J.H. Pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya.
Tujuan sekolah kerja ini menurut Kerschensteiner sebagai pencetus sekolah kerja adalah (a) menambah pengetahuan orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri, (b) agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu dan (c) agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi Negara. Kerschensteiner berpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah mempersiapkan anak-anak untuk dapat bekerja.Bekerja di sini bukan pekerjaan otak yang dipentingkan, meainkan pekerjaan tangan (Tirtarahardja & Sulo, 2005; Sagala 2010).
4.      Pengajaran Proyek
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nama pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama makin penting, utamanya masyarakat maju.
     Praktek belajar dan pembelajaran decade terakhir ini mengenalkan kita pada istilah PjBL atau Pembelajaran Berbaris Proyek.Para ahli memberi pengertian tentang PjBL. Menurut University of Nottingham, metode pengajaran sistematik yang mengikutsertakan pelajar ke dalam pembelajaran pengetahuan dan keahlian yang kompleks, pertanyaan authentic dan perencangan produk dan tugas. Menurut Baron, pendekantan cara pembelajaran secara konstruktif untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbaris riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi kehidupannya. Menurut Blumenfeld et al, pendekatan komprehensif untuk pengajaran dan pembejaran yang dirancang agar pelajar melakukan riset terhadap permasalahan nyata. Sementara itu, Boud & Felleti mengartikannya sebagai cara yang konstruktif dalam pembelajaran menggunakan permasalahan sebagai stimulus dan berfokus kepada aktivitas pelajar (Husamaah, 2013).
     Project Based Learning adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan pembelajaran dalam inverstigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pembelajar bekerja secara otonom mengkostruk pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata.
     Project Based Learning pada umumnya memerlukan beberapa tahapan dan beberapa durasi, tidak sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas, serta belajar kelompok kolaboratif. Proyek memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), yang secara umum pembelajar melakukan kegiatan: mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan pengajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensistensis informasi. Proyek seringkali bersifat unterdisipiner.
     Menurut Husamah (2013) kegiatan siswa dapat dikelompokkan tiga kategori aktifitas individu, aktifitas dalam kelompok dan aktivitas antar-kelompok.Aktivitas di dalam kategori yang ketiga ini dilaksanakan oleh individu atau kelompok siswa.
a.       Secara Individual
Setiap individu pelajar mempunyai kebutuhan yang tidak perlu sama dalam kelompok. Tiap-tiap pelajar mempunyai kemampuan yang berbeda, pendekatan belajar, dan penyelesian tugas. Selama mengerjakan proyek, tiap pelajar melaksanakan aktifitas seperti; memvisualisasikan aktifitas proyek dan mencari tugas yang akan dikerjakan, mengatur jadwal, mengorganisir materi pembelajaran, menata dokumen (computer-files), mengirimkan pesan kepada pengajar atau ahli, dan self assessment. Para siswa dapat memberikan kontribusi terhadap proyek yang berbeda secara simultan.
b.      Di dalam Kelompok
Ketika seseorang bekerja di dalam kelompok, para siswa harus bekerja sama. Kerja sama berlangsung dalam wujud aktifitas dasar seperti :diskusi, melakukan editing dokumen secara bersama-sama, menata dokumen kelompok dan lain sebagainya. Sebagian dari aktivitas ini dapat dilakukan bersama kelompok on-campus tanpa perangkat spesifik, sedangkan para siswa dalam kelompok off-campus didukung oleh perangkat yang memadai.
c.       Antar Kelompok
Para siswa menyelesaikan aktivitas lain dalam bentuk bebrbagai informasi dan pengetahuan dengan kelompok lain. Contoh aktivitas ini adalah: presentasi, peer reviews, memberikan kontribusi pada forum diskusi.


BAB IV PENUTUP
A.   Kesimpulan
Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini dan masa yang akan datang terus berkembang. Aliran/gerakan tersebut mempengaruhi pendidikan di seluruh dunia, termasuk pendidikan di Indonesia. Dari sisi lain, di Indonesia juga muncul gagasan-gagasan tentang pendidikan, yang dapat dikategorikan sebagai aliran pendidikan, yakni taman siswa dan INS kayu tanam. Setiap tenaga kependidikan diharapkan memiliki bekal yang memadai dalam meninjau masalah yang dihadapi, serta pertimbangan yang tepat dalam menetapkan kebijakan dan atau tindakan sehari-hari.Dari aliran-aliran pendidikan di atas kita tidak bisa mengatakan bahwa salah satu adalah yang paling baik.Sebab penggunaannya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, situasi dan kondisinya pada saat itu, karena setiap aliran memiliki dasar-dasar pemikiran sendiri.Aliran-aliran pendidikan baru yang berkembang sebenarnya adalah pengembangan dari keempat aliran-aliran klasik yang ada yaitu, (1) aliran empirisme, (2) Nativisme, (3) aliran naturalisme, dan (4) aliran konvergensi.Pada dasarnya aliran-aliran pendidikan kritis mempunyai suatu kesamaan ialah pemberdayaan individu.Inilah inti dari masyarakat pedagogik.
B.   Saran
Pemerintah sebagai kontrol dunia pendidikan karena dari sinilah masa depan bangsa ditentukan. Guru sebagai pendidik sudah sepantasnya dapat menentukan metode yang paling tepat untuk mendidik para siswanya agar tercipta suasana belajar yang nyaman. Orangtua sebagai orang terdekat dan merupakan tempat pertama seorang anak mengenal lingkungan hendaknya memberikan contoh yang positif dalam keseharian, baik dalam bentuk sikap maupun komunikasi.
Saya selaku penulis makalah ini menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari yang namanya kesempurnaan dan terdapat banyak kesalahan, oleh karena itu, pembaca diharapkan untuk menacari sumber lain yang lebih akurat sehingga dapat menambah wawasan kita


Daftar Pustaka
           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH " THAHARAH"

MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

MAKALAH Perkembangan Moral