“Lokalisasi Komunitas Pesisir Sebagai Instrumen Pengembangan Ekonomi Daerah Berbasis Kearifan Lokal”

![]() |
Ucapan syukur senantiasa saya panjatkan
kehadirat Allah SWT., atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan proposal ini dapat terselesaikan. Salawat dan
salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Proposal ini
disusun dalam rangka lomba karya tulis
ilmiah mahasiswa dengan mengangkat sebuah judul “Lokalisasi Komunitas Pesisir Sebagai
Instrumen Pengembangan Ekonomi Daerah Berbasis Kearifan Lokal”

Sinjai, September 2018
Penulis
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya
yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama/ NIM : NURMUTHMAINNA/ 170303154
2. Nama/ NIM :
WAHDANIA/ 170303004
3. Nama/ NIM :
MARIATI/ 170303009
Program Studi : Ekonomi Syariah (Ekos)
institusi : IAIM SINJAI
Menyatakan
dengan sebenarnya bahwa ;
1. Tulisan
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan plagiasi atau
duplikasi dari tulisan/karya orang lain yang saya akui sebagai hail tulisan
atau pikiran saya sendiri.
2. Seluruh
bagian dari penelitian ini adalah karya saya sendiri selain kutipan yang
ditunjukkan sumbernya. Segala kekeliruan yang ada di dalamnya adalah
tanggungjawab saya.
Demikian
pernyataan ini dibuat sebagaimana mestinya. Bilamana dikemudian hari ternyata
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Sinjai,
September 2018
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata pengantar...................................................................................................................... 1
Pernyataan originalitas........................................................................................................ 2
Daftar isi.................................................................................................................................. 3
Pendahuluan........................................................................................................................ 4
A. Latar
belakang........................................................................................................... 4
B. Tujuan
........................................................................................................................ 5
C. Manfaat
...................................................................................................................... 6
Metode.................................................................................................................................... 6
Hasil
dan pembahasan........................................................................................................ 6
Hasil
penelitian..................................................................................................................... 6
Pembahasan
hasil penelitian.......................................................................................... 16
Kesimpulan......................................................................................................................... 17
Implikasi............................................................................................................................... 17
Daftar
pustaka..................................................................................................................... 18
Lampiran.............................................................................................................................. 20
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Wilayah pesisir
adalah
daerah pertemuanantara daratdanlaut.Jika ke arah daratwilayah di
bagian daratan,baik kering maupun terendam air,
yang masih dipengaruhi
oleh
sifat-sifat laut, seperti
pasang surut,angin laut
dan
perembesan
air asin.Sedangkan ke
arah
laut,wilayah pesisir mencakup bagian
laut
yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang
terjadi didarat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar,maupun
yang disebabkan
karena kegiatan manusia di
darat,seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Christanto,2010).
Kawasan
ini sangat kompleks dengan berbagai isu dan permasalahan
yang memerlukan
penanganan yang komprehensif
dengan strategis khusus dan terpadu. Selama ini kawasan pesisir
belum
mendapat perhatian
yang cukup serius baik
dari pemerintah, masyarakat
maupun pihak ketiga
dalam pengelolaannya ,sehingga belakangan ini
baru
dirasakan
berbagai
permasalahan yang
muncul tentang kawasan
pesisir (BKKSI,2001).
Pengalaman bangsa
Indonesiadi masa lalu
dalam membangun
wilayah pesisir dan lautan menunjukkan
hasil yang kurang optimal
dan cenderung menuju kearah yang tidak
berkelanjutan. Masyarakat nelayan sebagai
komunitas wilayah
pesisir, sering kali tersisih dari pembangunan
sebab prioritas
kebijakan pemerintah lebih terfokus kepada
sektor
pertanian
atau daratan. Kehidupan
nelayan yang
masih menggantungkan nasib kepada hasil laut, masih dalam taraf
sederhana dengan pola mata pencaharian
menggunakan
teknologi tradisional.
Di samping alat tangkap mereka sudah jauh tertinggal,mereka melaut juga
pada area penangkapan
di
wilayah pesisir juga terbatas.
Masyarakat nelayan merupakan
kelompok
masyarakat yang
relatif tertinggal secara
ekonomi,sosial (khususnya dalam
hal akses pendidikan
dan
layanan kesehatan), dan
kultural dibandingkan dengan
kelompok masyarakat
lain. Kondisi
masyarakat pesisir atau masyarakat nelayan diberbagai kawasan pada umumnya
ditandai oleh adanya beberapa ciri, seperti kemiskinan, keterbelakangan
sosial-budaya,
rendahnya sumber daya manusia
(SDM) karena sebagian besar penduduknya
hanya lulus sekolah
dasar atau belum tamat sekolah
dasar, dan
lemahnya
fungsi dari keberadaan Kelompok Usaha
(Kusnadi,2003).
Melihat kondisi ini maka penulis menginginkan ada treatment khusus pada wilayah
pesisir berupa lokalisasi wilayah agar pemerintah lebih fokus dan dapat
mengambil langkah terpadu dalam mengatasi setiap permasalahan di dalamnya.
Menurut KBBI, lokalisasi
adalah pembatasan pada suatu tempat atau lingkungan. Dalam karya tulis ilmiah ini akan dibahas mengenai
Mengapa diperlukan lokalisasi, Bagaimana model lokalisasi yang dimaksud, Apa kaitan
lokalisasi dan instrumen pembangunan, dan Bagaimana peran pemerintah dalam
kearifan lokal dalam mengelola lokalisasi sebagai pendorong ekonomi. Pada
penelitian ini kami membahas lokalisasi yang sedikit berbeda dari pemahaman
masyarakat pada umumnya, yang selalu menganggap ketika mendengar kata
lokalisasi berarti berkaitan dengan prostitusi, tetapi pembahasan kali ini
tentang lokalisasi komunitas pesisir sebagai instrumen pengembangan ekonomi
berbasis kearifan lokal. Alasan penulis memilih judul ini karena di daerah
Sinjai terdapat wilayah yang belum terlokalisasi, sehingga penulis ingin
mengarahkan bagaimana agar wilayah tersebut menjadi kawasan yang terkonsentrasi
menuju aktivitas industri perikanan yang
modern.
Tujuan
Tujuan
dari penelitian ini adalah ingin melihat
seberapa besar kontribusi wilayah pesisr
dalam perekonomian wilayah sehingga menjadi alasan bagi pemerintah untuk serius
memperhatikan masalah di wilayah pesisir.
Manfaat
Manfaat penelitian ini diharapkan
mampu menjadi model pengembangan perekonomian pesisir di wilayah sulawesi
selatan yang tetap mengedepankan profesionalisme dan kearifan lokal sehingga
menciptakan masyarakat yang berkemajuan dan sejahtera dengan tidak melupakan
budaya- budaya lokal dalam menopang pengembangan ekonomi pesisir.
METODE
Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif melalui observasi dan studi dokumentasi
terkait masalah aktivitas ekonomi
wilayah pesisir. Teknik analisis data menggunakan SPSS 24.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian
A. Lokalisasi
Lokalisasi dalam tinjauan
ekonomi yang dimaksud adalah menciptakan wilayah yang terkonsentrasi sesuai
dengan aktifitas kebanyakan orang-orang yang tinggal didaerah tersebut. Dalam
hal ini Wilayah pesisir kabupaten sinjai, ada beberapa aktivitas seperti tambak
pesisir , memelihara Burung Walet, Rumput laut, pengawetan Ikan (Ikan kering),
Aktivitas mengolah ikan (Ikan Bakar, Bakso Ikan, Abon), ebi, usaha kuliner.
Semua aktivitas ekonomi yang dilakukan masyarakat memiliki potensi ekonomi yang
perlu dikembangkan dan dapat membantu dalam hal penyerapan tenaga kerja.
Melalui lokalisasi diharapkan wilayah pesisir sinjai menjadi pusat aktivitas
perekonomian pesisir dengan berbagai macam produk olahan yang memiliki nilai
tambah.
B. Model pengembangan ekonomi pesisir
Adapun model pengembangan
mengacu pada konsep P3K berbasis eko sosiosistem yang memperhatikan 5 aspek
yakni:
1. Keterpaduan
sektor pembangunan di wilayah pesisir
2. Keterpaduan
ekologis
3. Keterpaduan
stakeholders dan pemerintah
4. Keterpaduan
berbagai disiplin ilmu
5. Keterpaduan
antar negara
C. Pembangunan
dan perkembangan ekonomi
Pembangunan menurut paraahli:
1. Menurut Portes “1976”: pembangunan sebagai transformasi
ekonomi, sosial dan budaya.
2. Menurut Riyadi
Dan Deddy Supriyadi Bratakusumah “2005”istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang
dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lainnya, negara satu
dengan negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan
merupakan proses untuk melakukan perubahan.
3. Menurut Mohammad
Ali Menurutnya pembangunan merupakan
setiap upaya yang dikerjakan secara terencana untuk melaksanakan perubahan yang
memiliki tujuan utama untuk memperbaiki dan menaikan taraf hidup, kesejahteraan
dan kualitas manusia.
Perkembangan
menurut ahli.
4. Menurut E. B. Harlock,
perkembanganadalah serangkaian perubahan progreslf yang terjadi sebagai akibat dari proses
kematangan dan pengalaman dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif.
5. Menurut McLeod,
perkembanganadalah proses atau tahapan pertumbuhan kearah yang lebih maju.
6. Menurut Kasiram,
perkembanganadalah adanya pemunculan sifat- sifat yang baru dan berbeda dari
sebelumnya.
D. Instrumen-
instrumen pembangunan wilayah pesisir (analisis data sektor perikanan).
Pembangunan wilayah pesisir
selama ini masih dilihat seperti pembangunan wilayah terestrial lainnya dengan
kondisi yang analogi dengan wilayah perdesaan. Hal ini tidak sepenuhnya benar,
karena wilayah pesisir menurut RUU Pesisir memiliki beberapa karakteristik yang
khas, yaitu:
1. Wilayah
pertemuan antara berbagai aspek kehidupan yang ada di darat, laut dan udara,
sehingga bentuk wilayah pesisir merupakan hasil keseimbangan dinamis dari
proses pelapukan (weathering) dan pembangunan ketiga aspek di atas;
2. Berfungsi
sebagai habitat dari berbagai jenis ikan, mamalia laut, dan unggas untuk tempat
pembesaran, pemijahan, dan mencari makan;
3. Wilayahnya
sempit, tetapi memiliki tingkat kesuburan yang tinggi dan sumber zat organik
penting dalam rantai makanan dan kehidupan darat dan laut;
4. Memiliki
gradian perubahan sifat ekologi yang tajam dan pada kawasan yang sempit akan
dijumpai kondisi ekologi yang berlainan
5. Tempat
bertemunya berbagai kepentingan pembangunan baik pembangunan sektoral maupun
regional serta mempunyai dimensi internasional.
Perbedaan yang
mendasar secara ekologis sangat berpengaruh pada aktivitas masyarakatnya.
Kerentanan perubahan secara ekologis berpengaruh secara signifikan terhadap
usaha perekonomian yang ada di wilayah tersebut, karena ketergantungan yang
tinggi dari aktivitas ekonomi masyarakat dengan sumberdaya ekologis tersebut.
Jika sifat kerentanan wilayah tidak diperhatikan, maka akan muncul konflik
antara kepentingan memanfaatkan sumber daya pesisir untuk pemenuhan kebutuhan
hidup dan pembangunan ekonomi dalam jangka pendek dengan kebutuhan generasi
akan datang terhadap sumber daya pesisir. Dalam banyak kasus, pendekatan
pembangungan ekonomi yang parsial, tidak kondusif dalam mendorong pengelolaan
wilayah pesisir secara terpadu. Kegiatan yang parsial hanya memperhatikan
kepentingan sektornya dan mengabaikan akibat yang timbul dari atau terhadap
sektor lain, sehingga berkembang konflik pemanfaatan dan kewenangan. Dari
berbagai studi, terdapat kecenderungan bahwa hampir semua kawasan pesisir
Indonesia mengalami konflik tersebut. Jika konflik ini dibiarkan berlangsung
terus akan mengurangi keinginan pihak yang bertikai untuk melestarikan
sumberdayanya.
E. Permasalahan Pembangunan Wilayah Pesisir dan Laut
Di era otonomi daerah, pembangunan wilayah pesisir dan laut sebagai
salah satu sumberdaya potensial kerap pula memunculkan beberapa permasalahan,
antara lain hubungan antara daerah dan pusat, pembangunan ekonomi (yang berkait
dengan kemiskinan), serta eksploitasi sumberdaya alam tanpa memperhatikan
kelestariannya.
Permasalahan umum yang banyak
terjadi dalam hubungan antara pemerintah pusat dan daerah adalah kurang
selarasnya pemenuhan kepentingan pusat dan daerah. Kondisi ini terjadi antara
lain karena:
1. Instansi dinas (kelautan dan perikanan) yang ada ditingkat
kabupaten/kota pada era otonomi daerah ini sangat beragam baik dalam struktur
organisasi dan kewenangannya. Perubahan ini berpengaruh pada intensitas
komunikasi antara instansi yang berada di pusat dan daerah.
2.
Seringkali instansi dinas di kabupaten dan kota telah memiliki
tugas pokok dan fungsi organisasi, namun belum memiliki kewenangan teknis
karena belum ada penyerahan kewenangan dari pusat dan propinsi.
3.
UU No.22/1999 belum dapat berjalan selaras dengan UU Perikanan dan
sebagian peraturan daerah lainnya, sehingga kewenangan dalam dinas
kabupaten/kota belum efektif.
Permasalahan dalam
pembangunan ekonomi di daerah menyangkut pada kebijakan ekonomi makro, kesenjangan,
dan kemiskinan. Kebijakan ekonomi makro selama ini (terutama yang berada di
luar pulau Jawa) lebih difokuskan pada usaha ekstraksi hasil bumi (sumberdaya
alam) seperti pemberian konsesi pada perusahaanperusahaan asing dan berskala
besar. Ini berarti kurangnya perhatian terhadap usaha masyarkat lokal yang
cenderung berskala kecil. Kesenjangan yang terjadi antar kelompok pendapatan
antara daerah perkotaan dan perdesaan telah memburuk sejak dibukanya
perekonomian perdesaan ke arah ekonomi pasar, karena hanya mereka yang memiliki
akses terhadap modal, kredit, informasi dan kekuasaan yang dapat mengambil
manfaat dari program-program pembangunan. Dalam konteks wilayah pesisir dan
laut, keuntungan ekonomi daari pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut baru
dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu seperti juragan kapal dan pengusaha
perikanan, namun belum oleh masyarakat pesisir dan nelayan. Selain kesenjangan
dalam pendapatan, kesenjangan dalam kepemilikan justru menjadi permasalahan
yang lebih serius. Akumulasi sumberdaya pada pihak-pihak tertentu mengarah pada
de-aksesasi oleh masyarakat. Misalnya saja dalam usaha penangkaapan, hanya yang
memiliki kapal lebih besar dan teknologi yang lebih maju yang dapat menguasai
sumberdaya laut. Nelayan kecil dengan teknologi sederhana menjadi terpinggirkan
dan kalah sehingga semakin sulit dalam berusaha. Kondisi seperti ini yang terus
berlanjut mengakibatkan permasalahan baru yaitu kemiskinan. Nelayan kecil
semakin sulit untuk bergerak keluar dari kemiskinan yang menjerat mereka.
Eksploitasi sumberdaya laut dan pesisir menjadi salah satu permasalahan dalam
pembangunan daerah. Di satu sisi, upaya tersebut dilakukan oleh masyarakat dan
daerah untuk menggerakkan roda perekonomian, namun di sisi lain sumberdaya
perikanan semakin berkurang karena dieksploitasi secara berlebihan serta
mengalami kerusakan. Upaya pengelolaan yang selama ini dilakukan belum
menunjukkan hasil yang positif.
F. Kearifan
lokal sebagai stimulus pembangunan ekonomi daerah
Istilah kearifan lokal (local wisdom) mempunyai arti yang sangat
mendalam danmenjadi suatu kosa kata yang sedang familiar akhir-akhir
ini. Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari
dua kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal(local). Dalam Kamus
Inggris Indonesia I. Markus Willy P.S.Pd, M.Dikkie Darsyah S.Pddan Mieke Ch10, local
berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama
dengankebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat
atau kearifan lokal)dapat dipahami sebagai, gagasan-gagasan setempat (local)
yang bersifat bijaksana, penuhkearifan, bernilai baik, yang tertanam dan
diikuti oleh anggota masyarakatnya. Pengertian lain yang lebih terperinci
tentang kearifan lokal adalah, kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam
suatu daerah. Kearifan lokal merupakanperpaduan antara nilai-nilai suci firman
Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifanlokal terbentuk sebagai keunggulan
budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan
lokal merupakan produk budaya masa lalu yangpatut secara terus-menerus
dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapinilai yang terkandung
di dalamnya dianggap sangat universalKearifan lokal dimaknai juga sebagai adat
yang memiliki kearifan atau al-‘addah al-ma’rifah, yang dilawankan
dengan al-‘addah al-jahiliyyah. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlinadungan dan Pengelolahan
Lingkungan Hidup, kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam
tata kehidupan masyarakat. Karakteristik kearifan lokal dapat berupa bentuk
warisan peradaban yang dilakukan secara turun temurun, dianggap mampu
mengendalikan berbagai pengaruh dari luar, menyangkut nilai dan moral
pada masyarakat setempat, tidak tertulisakan namun tetap diakui sebagai
kekayaan dalam berbagai segi pandangan hukum, dan bentuk sifat yang melekat
pada seseorang atau kelompok berdasarkan pada asalnya.
G. Penelitian pendukung terkait
perekonomian wilayah pesisir
a. Jurnal
yang di buat oleh Kurniawati Hapsari Ekosafitri,Ernan Rustiadi dan Fredinan
Yulianda pada tahun 2017, berjudul’’Pengembangan Wilayah Pesisir Pantai Utara
Jawa Tengah Berdasarkan Infrastruktur Daerah: Studi Kasus Kabupaten Jepara”.
Menunjukkan bahwa Wilayah pesisir Kabupaten Jepara juga menjadi pusat dari
kegiatan perekonomian seperti kegiatan perdagangan, industri pengolahan,
perikanan tangkap, perikanan budi daya, transportasi laut dan pariwisata
bahari. Kecamatan Jepara sebagai ibukota kabupaten, merupakan wilayah kecamatan
pesisir yang memiliki sarana dan prasarana yang paling lengkap dibandingkan
dengan kecamatan pesisir lainnya, memiliki fasilitas pelayanan pendidikan mulai
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Fasilitas ekonomi pasar tradisional,
toko, minimarket, pasar swalayan, hotel dan rumah makan. Fasilitas transportasi
dan perhubungan terdapat terminal dan pelabuhan penyeberangan. Fasilitas
pelayanan perkantoran pemerintah daerah juga terdapat di Kecamatan Jepara.
Fasilitas penunjang kegiatan perikanan di Kecamatan Jepara antara lain 2 Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) dan 1 Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI), 1 unit pabrik es,
1 unit SPBN (stasiun pengisian bahan bakar nelayan) serta satu Balai Perikanan
Budi daya Air Payau yang dikelola Kementerian Kelautan dan Perikanan”
b. Jurnal
yang di buat oleh Hezron Sabar Rotua Tinambunan pada tahun 2016, berjudul”model pemberdayaan wilayah pesisir dalam
menghadapi pasar bebas masyarakat ekonomi asean”Menunjukkan
bahwakendalapenguatan budaya maritim desa
pesisir di Jawa Timur dalam menghadapiMasyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dikarenakan
masih minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah,masyarakat
desa pesisir bersikap acuh terhadapdaerahnya, tidak adanya modal dari
pemerintahsehingga nelayan harus meminjam uang dan menjual hasilnya pada
pengepul, serta belum adanya pasar untuk menjual ikan segar dan produk olahan
masyarakat desa pesisir.
H. Data
Aktivitas Ekonomi Wilayah Pesisir Sinjai
Table 1. Volume
produksi perikanan menurut sektor perikanan tahun 2010-2017
Jenis perairan
|
Tahun
|
Kenaikan rata-rata (%)
|
|||||||
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
2016
|
2017
|
||
Perikanan tangkap
|
26.193,5
|
27.136,9
|
27.940,15
|
28.845,45
|
29.230
|
39.972,10
|
36.287,70
|
38.378,80
|
12,48
|
Perikanan budidaya
|
12.694,68
|
8.872,67
|
12.983,22
|
20.836,6
|
29.590,04
|
19.608,30
|
30.799,6
|
38.889,40
|
12,43
|
Total
|
38.888,1
|
36.009,5
|
40.923,37
|
49.684,08
|
58.820,04
|
59.580,40
|
67.087,30
|
77.268,20
|
|
Table 2. Nilai
produksi perikanan menurut sektor perikanan tahun 2010-2017
Jenis
perairan
|
Tahun
|
Kenaikan
rata-rata (%)
|
|||||||
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
2016
|
2017
|
|
|
Perikanan
tangkap
|
379.336.442
|
377.333.162
|
388.367.273
|
381.982.400
|
401.728.025
|
484.028.275
|
500.721.306
|
512.675.409
|
12,5
|
Perikanan
budidaya
|
91.234.000
|
18.400.700
|
27.706.960
|
44.595.010
|
74.710.400
|
43.572.200
|
63.515.210
|
81.435.895
|
12,5
|
Total
|
470.570.442
|
395.733.862
|
416.074.233
|
397.414.510
|
476.438.425
|
527.600.475
|
564.236.516
|
594.111.303
|
|
Table 3. Jumlah
tenaga kerja perikanan tahun 2013-2017
Tenaga kerja
|
Tahun
|
Kenaikan Rata-Rata (%)
|
||||
2013
|
2014
|
2015
|
2016
|
2017
|
||
Nelayan
|
8.481
|
8.515
|
8.532
|
8.544
|
8.714
|
0,68
|
Petani tambak
|
1.737
|
1.793
|
1.793
|
1.793
|
1.753
|
0,25
|
Kolam
|
196
|
216
|
216
|
216
|
216
|
2,55
|
Mina padi
|
264
|
264
|
264
|
264
|
284
|
1,89
|
Budidaya laut
|
1.644
|
1.844
|
1.924
|
1.924
|
1.954
|
4,52
|
Keramba jarring apung
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Pengolahan
|
708
|
672
|
674
|
788
|
813
|
3.82
|
Pengecer
|
756
|
677
|
685
|
713
|
691
|
(2,07)
|
Pemasar
|
991
|
929
|
912
|
943
|
907
|
(2,13)
|
Total
|
41.777
|
14.910
|
15.000
|
15.185
|
15.332
|
0,93
|
Tabel
4. Pdrb atas dasar harga berlaku

Pembahasan
Berdasarkan data diatas
dapat diperoleh gambaran kontribusi sektor perikanan di daerah pesisir sebagai berikut:
A.
Hubungan Antara Produksi
Perikanan Dan PDRB Sinjai
Hubungan antara produksi perikanan
dan PDRB Dari hasil analisis SPSS 24 dengan menggunakan X = 0.05 (untuk
probabilitas) di peroleh nilai regression <0.05 artinya tingkat produksi
perikanan berpengaruh terhadap PDRB sinjai apabila di uji menggunakan uji T ,
di peroleh T hitung= 11,816 T table = 0.025 : 6 = 2,44691. T hitung lebih besar
daripada T table artinya produksi perikanan berpengaruh signifikan padaPDRB,
adapun besarnya kontribusi sektor perikanan adalah 0.959 atau 95.9% Variabel
sektor perikanan mempengaruhi PDRB dan 4,1 % dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak di teliti. Hanya saja produksi perikanan di kabupaten sinjai masih dalam bentuk pra olahan, nilai
produksi dalam bentuk pasca olahan belum dapat di deskripsikan karna masih
dianggap sebagai usaha sampingan masyarakat dan tidak terlalu berkontribusi
terhadap perekonomian daerah, padahal bila kita lihat sisi produk olahan
perikanan dengan adanya nilai tambah dapat menjadi salah satu penyumbang PAD
bagi daerah bila dikelola sebaik mungkin tentunya tidak lepas peran pemerintah
dan pihak investor didalamnya.
B. Hubungan Antara Produksi
Perikanan Dengan Tenaga Kerja Serapan
Berdasarkan
hasil analisis SPSS 24, diperoleh hasil sebagai berikut. Dengan tingkat x
(probabilitas 0,05) diperoleh hasil 0.091 > 0,05 (artinya tidak ada
hubungan/pengaruh signifikan tingkat produksi perikanan dan tenaga kerja
serapan di sektor perikanan, bila dilihat dari uji T, diperoleh T hitung = -2,456,
T Tabel = 0,025:6 = 2,44691, artinya T tabel > dari T hitung, dapat dartikan
bahwa daya serap sektor perikanan masih kurang, artinya tingkat produksi tenaga
kerja yang tinggi tidak diimbangi oleh penyerapan tenaga kerja, ini sebabkan
adanya paradigma masyarakat yang negatif tentang pihak ketiga (investor) yang
dapat membantu dalam hal peningkatan daya saing dan ini yang perlu diperhatikan agar sektor
perikanan bisa menjadi sektor yang penting dalam penerapan tenaga kerja,
disamping itu penyuluhan tentang prospek nilai tambah atau olahan hasil
perikanan juga perlu disosialisasikan sebagaimana sosialisasi terkait bagaimana
pentingnya menjaga ekosisitem laut dari kerusakan. Adapun besarnya kontribusi
sektor perikanan, hubungan penerapan tenaga kerja R² = 0,668 atau sekitar 66,8%
sisanya 33,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak di teliti.
KESIMPULAN
1.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sektor perikanan dalam hal ini produksi perikanan di kabupaten sinjai
memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi baik dalam bentuk pra olahan.
Sedangkan bentuk olahan hasil perikanan masih sangat kurang.
2.
Penyerapan tenaga kerja
disektor perikanan juga masih sangat rendah, ini disebabkan oleh pengolahan dan
budidaya sektor perikanan masih dikelola secara traditional dan turun temurun
IMPLIKASI
1. Sektor
perikanan di kabupaten sinjai sebaiknya mendapat perhatian khusus, peran
pemerintah sangat diperlukan terutama dalam meningkatkan nilai tambah produksi
baik dalam bentuk penyuluhan atau bantuan modal kerja
2. Perlunya
peran pihak ketiga dalam hal ini investor agar produksi perikanan kabupaten
sinjai memiliki daya saing. Diperlukan kerjasama dengan pihak pemerintah dalam
mempromosikan produksi perikanan di berbagai event ekonomi yang diadakan oleh
pemerintah provinsi
DAFTAR
PUSTAKA
Adismita,Rahardjo.2007.Dasar-DasarEkonomiWilayah.UniversitasHaanuddin.Makassar.
Arsyad, L.
1999.
Pengantar
Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi
Daerah.
BPFE-UGMYogyakarta.
BPS
Sinjai online
Datrini,LuhKade.2009.DampakInvestasi danTenagaKerjaterhadap Pertumbuhan
EkonomiSertaPengaruhnyaterhadapTingkatKemiskinandiProvinsiBali.SarathiVol.16No.3.
Djojohadikusuma,
S. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi:
Dasar Teori EkonomiPertumbuhandanEkonomiPembangunan.LP3ES.Jakarta.
Esmara, Hendra
(1986).
Politik Perencanaan
Pembangunan: Teori, Kebijaksanaan danProspek.PT.Gramedia.Jakarta.
Kuncoro Mudrajad,. 2004. Otonomi Dan Pembangunan Daerah : Reformasi,
Perencanaan, Strategi dan Peluang.Erlangga,Jakarta
Sadono.1994.PengantarTeoriMakroEkonomi.PTRajaGrafindoPersada.Jakarta.Tarigan, Robinson.
2004. Ekonomi
Regional,
Teori
dan
Aplikasi.
Edisi Revisi. Penerbit
BumiAksara.Jakarta.
Tahir (2002) . Jurnal
pesisir dan lautan Indonesia journal of
coastal and marine resourrces , vol 4. No.3, hal 4
Tarigan Robinson, 2003. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi
Aksara . Jakarta.
Tarigan Robinson, 2005. Ekonomi Regional : Teori Dan Aplikasi.
Bumi Aksara. Jakarta.
Tjokroamodjojo,Bintoro.1993.PerencanaanPembangunan.CV.HajiMasagung.Jakarta.
LAMPIRAN
HUBUNGAN
ANTARA PRODUKSI PERIKANAN DAN PDRB SINJAI


Model Summary and
Parameter Estimates
|
|||||||
Dependent Variable: PDRB
|
|||||||
Equation
|
Model Summary
|
Parameter Estimates
|
|||||
R Square
|
F
|
df1
|
df2
|
Sig.
|
Constant
|
b1
|
|
Linear
|
,959
|
139,610
|
1
|
6
|
,000
|
-32042458,630
|
6006,713
|
The independent variable is PERIKANAN.
|

HUBUNGAN ANTARA PRODUKSI PERIKANAN DAN TENAGA
KERJA SERAPAN

![]() |
Model Summary and Parameter Estimates
|
|||||||
Dependent Variable:
PRODUKSI
|
|||||||
Equation
|
Model Summary
|
Parameter Estimates
|
|||||
|
|
||||||
R Square
|
F
|
df1
|
df2
|
Sig.
|
Constant
|
b1
|
|
Linear
|
,668
|
6,030
|
1
|
3
|
,091
|
620675764,400
|
-5318,555
|
The
independent variable is TENAGA KERJA.
|

Komentar
Posting Komentar